BIMBINGAN DAN KONSELING YANG MEMANDIRIKAN PESERTA DIDIK YANG BERKEBUTUHAN KHUSUS
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh:
Nama : Joko Susanto
NIM : 4201409075
PRODI : Pendidikan Fisika
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu cita-cita nasional yang harus terus diperjuangkan oleh bangsa Indonesia ialah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan nasional. Masa depan dan keunggulan bangsa ditentukan oleh keunggulan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki, disamping sumber daya lainnya. Sumber Daya Manusia yang berkualitas tinggi dapat menjadi subjek pembangunan untuk mengelola sumber daya lainnya bagi kepentingan kesejahteraan masyarakat.
Anak-anak dan generasi muda adalah tulang punggung Negara dan merupakan kekayaan penting suatu Negara yang akan melanjutkan pembangunan suatu bangsa, untuk itu semua anak perlu dibekali perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan hidup agar bisa mandiri dan menolong dirinya sendiri.
Layanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan satu bagian penting dalam proses pendidikan yang harus diberikan kepada peserta didik agar mereka mampu mandiri tidak tergantung kepada orang lain. Peserta didik berkebutuhan khusus (ABK) merupakan bagian warga sekolah yang memiliki kebutuhan yang sama dengan peserta didik yang lainnya untuk mendapatkan layanan bimbingan dan konseling, yang akan berguna bagi mereka dalam rangka memahami diri dan memandang dirinya, menyadari kebutuhannya sehingga dapat hidup mandiri meskipun mereka memiliki hambatan karena kecacatan mereka.
B. Rumusan Masalah
Pokok masalah yang akan dibahas :
1. Apa kebutuhan layanan bimbingan dan konseling pada peserta didik yang berkebutuhan khusus?
2. Apa konsekuensi adanya peserta didik yang berkebutuhan khusus disekolah?
3. Bagaimana cara guru BK dalam memandirikan peserta didik yang berkebutuhan khusus?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kebutuhan bimbingan dan konseling pada peserta didik yang berkebutuhan khusus
2. Untuk mengetahui konsekuensi adanya peserta didik yang berkebutuhan khusus disekolah
3. Untuk mengetahu icara guru BK dalam memandirikan peserta didik yang berkebutuhan khusus
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kebutuhan layanan BK pada peserta didik yang berkebutuhan khusus
Pendidikan merupakan komponen utama dalam menentukan tingkat kemajuan suatu bangsa. Di dalam proses pendidikan setidaknya ada tiga komponen pokok yang paling menunjang dan harus dilaksanakan dalam pendidikan, yaitu: program yang baik, administrasi dan supervisi yang lancar, serta pelayanan bimbingan yang terarah. Jadi jelas bahwa bimbingan dan konseling mempunyai peran yang cukup penting di dalam proses pendidikan.
Layanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan satu bagian penting dalam proses pendidikan yang harus diberikan kepada peserta didik agar mereka mampu mandiri tidak tergantung kepada orang lain. Peserta didik berkebutuhan khusus (ABK) merupakan bagian warga sekolah yang memiliki kebutuhan yang sama dengan peserta didik yang lainnya untuk mendapatkan layanan bimbingan dan konseling, yang akan berguna bagi mereka dalam rangka memahami diri dan memandang dirinya, menyadari kebutuhannya sehingga dapat hidup mandiri meskipun mereka memiliki hambatan karena kecacatan mereka.
Dampak dari hambatan yang dimiliki oleh ABK seperti merasa ditolak, merasa gagal, dan sulit sulit untuk melakukan hubungan sosial menimbulkan kebutuhan mereka untuk merasa diterima, didengar oleh orang lain, memerlukan nasihat untuk mencapai tujuan saat ini dan tujuan masa yang akan datang, memerlukan bimbingan untuk meningkatkan hubungan interpersonal, memerlukan bantuan untuk membangun konsep diri yang kuat dan merasa percaya diri.
Bimbingan dan konseling diperlukan bagi ABK dan Konselor harus bersikap dan memandang mereka sesuai dengan filosofi bahwa tidak ada individu yang sama semua individu adalah unik dan mereka memiliki kemampuan untuk tumbuh untuk mengembangkan potensi mereka (Thomson, 2006). Konseling bagi ABK harus dilakukan dengan memandang mereka dari sisi positif dalam sebuah hubungan konseling yang menerima mereka, melihat mereka bukan dari sisi hambatannya melainkan sebagai individu.
Konseling dapat diartikan sebagai sebuah hubungan teurapeutik, sebuah proses pemecahan masalah, sebuah reduksi, dan sebuah metode untuk merubah perilaku untuk membantu anak dalam menghadapi permasalahan perkembangan dan sebagai suatu proses preventif. Untuk proses konseling sangat diperlukan untuk ABK agar mereka mampu menghadapi, memahami, dan menemukan solusi dari permasahan yang bereka hadapi sehubungan dengan hambatan-hambatan yang mereka miliki.
Intervensi konseling perlu diberikan pada saat ABK membutuhkannya. Konseling diberikan untuk meningkatkan self esteem, self concept, dan peningkatan pemaknaan hidup sebagai manusia yang berguna. Ada beberapa tekhnik yang dapat dilakukan untuk meningkatkan areal ini, misalnya dengan tekhnik relaksasi relaxation techniques (Amerikaner & Summerlin 1982), rational emotive educational procedures (Lo, 1985), atau juga melalui konseling kelompok group counseling yang meliputi berbagai psichoterapi (Mishna, 1996), konseling kelompok akan memberikan keuntungan dalam meningkatkan fungsi sosial-emosi ABK.
Konselor, orang tua, para guru harus memiliki pemahaman yang jelas mengenai ABK yang mungkin memerlukan pendidikan khusus dan layanan khusus. Pembelajaran bagi ABK dituangkan dalam sebuah Program Pembelajaran Individual (PPI), dan konseling untuk ABK sering kali sudah termasuk di dalam IEP.
B. Konsekuensi adanya ABK disekolah
Melihat hambatan dan kebutuhan ABK dalam kehidupannya maka penulis berpendapat bahwa mereka sangat membutuhkan layanan bimbingan dan konseling, namun sayang di Indonesia bahkan mungkin di negara maju sekalipun layanan BK bagi mereka masih terbatas, namun demikian penelitian mengenai konseling bagi ABK telah dilakukan. Menurut Thomson (2006) : banyak konseling bagi ABK meliputi masalah-masalah yang berhubungan dengan metodologi, banyak artikel yang menawarkan opini atau menyarankan metode untuk konseling namun tanpa mempertimbangkan keunggulan opini, saran atau metode tersebut, dan sangat sedikit artikel yang fokus kepada konseling keluarga dan metode konseling lain fokus pada anak cerdas istimewa gifted atau anak berkesulitan belajar learning disability atau hambatan perilaku behavioral disorder.
Kondisi di atas menimbulkan sebuah tantangan baru bagi para konselor di sekolah dan menimbulkan beberapa konsekwensi diantaranya sebagai berikut :
1. Konselor perlu memahami dunia anak berkebutuhan khusus special need children SNC, konselor perlu memahami pengetahuan dasar mengenai kondisi hambatan/ kecacatan disabling, symptom, karakteristik umum dan keterbatasan ABK dan apa kekuatan dan potensi yang dimiliki mereka.
2. Konselor tidak perlu menjadi seorang ahli dalam teknik mengajar dalam setting pendidikan khusus atau dalam pendidikan setting inklusif, namun demikian pemahaman kebutuhan dan karaekteristik anak diperlukan untuk sebuah konseling yang efektif.
3. Konselor perlu menyadari dirinya pada saat mereka akan menangani ABK untuk memandang mereka sebagai individu bukan sebagai seorang anak dengan kecacatannya.
4. Konselor perlu memahami pengetesan testing, pengdiagnosaan diagnosing dan perencanaan planning (prosedur) akan meningkatkan kegelisahan dan ketakutan anak. Pengetesan testing, pengdiagnosaan diagnosing dan perencanaan planning (prosedur) adalah hal yang penting namun hal tersebut tidak akan menimbulkan sebuah hubungan yang kurang baik bila kita berharap agar anak merasa bebas dalam mengekpresikan ketakutan, kecemasan, kekhawatiran, dan merasa sebagai orang yang aman ketika berbicara dengan konselor.
C. Cara guru BK memandirikan peserta didik yang berkebutuhan khusus ( ABK )
Sebelum membahas cara guru BK memandirikan ABK terlebih dahulu kita bahas modal yang diperlukan untuk menjadi guru BK. Untuk dapat mengemban dan mengembangkan pelayanan bimbingan dan konseling diperlukan tenaga yang benar-benar berkemampuan, baik personalitasnya maupun profesionalitasnya.
1. Modal personal
Modal dasar yang akan menjamin suksesnya penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah berupa karakter personal yang ada dan dimiliki oleh tenaga peytelenggara bimbingan dan konseling.
a. Berwawasan luas, memiliki pandangan dan pengetahuan yang luas, terutama tentang perkembangan peserta didik serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
b. Menyayangi anak, memiliki kasih sayang terhadap peserta didik.
c. Sabar dan bijaksana, tidak mudah marah dan mengambil tindakan keras dan emosional.
d. Lembut, baik hati, tekun dan teliti.
e. Memahami dan bersikap positif terhadap pelayanan bimbingan dan konseling.
2. Modal Profesional
Modal profesional mencakup kemantapan wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap dalam bidang kajian pelayanan bimbingan dan konseling.
3. Modal Instumental
Pihak sekolah perlu menujang perwujudan kegiatan BK dengan menyediakan sarana dan prasarana seperti ruangan yang memadai, perlengkapan kerja sehari-hari, instrumen BK dan sarana pendukung lainnya.
Setelah mempunyai modal tersebut guru BK dapat memandirikan ABK disekolah dengan cara guru BK memberikan perhatian yang terfokus. Fokus perhatian konselor dalam konseling dengan ABK adalah pada wilayah konsep diri/ self-concept dan evaluasi diri/ self-evaluation. Pemahaman konsep diri dan evaluasi diri yang baik akan membantu ABK dalam memahami dirinya sendiri sehingga, ia dapat mengembangkan dirinya dengan optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya dan mereka akan menjadi lebih mandiri tidak tergabung terhadap bantuan orang lain dan lingkungan sekitarnya.
Bagi ABK yang di tingkat lanjut maka fokus konseling bisa diarahkan terhadap layanan bimbingan dan konseling karir, agar ABK memiliki kesiapan dan kemantapan dalam upaya memandirikan dirinya dikemudian hari.
Konsep diri ABK sering kali sangat rendah, hal ini sebagai akibat dari pengalaman mereka yang sering ditolak dan mengalami banyak kegagalan. Evaluasi diri membantu ABK dalam mengambil tanggung jawab pribadinya terhadap kehidupan mereka, dan untuk membantu mereka dalam menemukan cara hidup yang produktif.
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Layanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan satu bagian penting dalam proses pendidikan yang harus diberikan kepada peserta didik agar mereka mampu mandiri tidak tergantung kepada orang lain. Peserta didik berkebutuhan khusus (ABK) merupakan bagian warga sekolah yang memiliki kebutuhan yang sama dengan peserta didik yang lainnya untuk mendapatkan layanan bimbingan dan konseling, yang akan berguna bagi mereka dalam rangka memahami diri dan memandang dirinya, menyadari kebutuhannya sehingga dapat hidup mandiri meskipun mereka memiliki hambatan karena kecacatan mereka.
Melihat hambatan dan kebutuhan ABK dalam kehidupannya mereka sangat membutuhkan layanan bimbingan dan konseling, diharapkan konselor perlu memahami dunia anak berkebutuhan khusus special need children SNC, konselor perlu memahami pengetahuan dasar mengenai kondisi hambatan/ kecacatan disabling, symptom, karakteristik umum dan keterbatasan ABK dan apa kekuatan dan potensi yang dimiliki mereka
Fokus perhatian konselor dalam konseling dengan ABK adalah cara untuk memandirikan ABK, fokus perhatian ini pada wilayah konsep diri/ self-concept dan evaluasi diri/ self-evaluation. Pemahaman konsep diri dan evaluasi diri yang baik akan membantu ABK dalam memahami dirinya sendiri sehingga, ia dapat mengembangkan dirinya dengan optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya dan mereka akan menjadi lebih mandiri tidak tergabung terhadap bantuan orang lain dan lingkungan sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Mugiarso, heru dkk. 2009. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UNNES Press.
Prayitno, H dkk. 1994. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: RINEKA CIPTA.
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh:
Nama : Joko Susanto
NIM : 4201409075
PRODI : Pendidikan Fisika
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu cita-cita nasional yang harus terus diperjuangkan oleh bangsa Indonesia ialah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan nasional. Masa depan dan keunggulan bangsa ditentukan oleh keunggulan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki, disamping sumber daya lainnya. Sumber Daya Manusia yang berkualitas tinggi dapat menjadi subjek pembangunan untuk mengelola sumber daya lainnya bagi kepentingan kesejahteraan masyarakat.
Anak-anak dan generasi muda adalah tulang punggung Negara dan merupakan kekayaan penting suatu Negara yang akan melanjutkan pembangunan suatu bangsa, untuk itu semua anak perlu dibekali perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan hidup agar bisa mandiri dan menolong dirinya sendiri.
Layanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan satu bagian penting dalam proses pendidikan yang harus diberikan kepada peserta didik agar mereka mampu mandiri tidak tergantung kepada orang lain. Peserta didik berkebutuhan khusus (ABK) merupakan bagian warga sekolah yang memiliki kebutuhan yang sama dengan peserta didik yang lainnya untuk mendapatkan layanan bimbingan dan konseling, yang akan berguna bagi mereka dalam rangka memahami diri dan memandang dirinya, menyadari kebutuhannya sehingga dapat hidup mandiri meskipun mereka memiliki hambatan karena kecacatan mereka.
B. Rumusan Masalah
Pokok masalah yang akan dibahas :
1. Apa kebutuhan layanan bimbingan dan konseling pada peserta didik yang berkebutuhan khusus?
2. Apa konsekuensi adanya peserta didik yang berkebutuhan khusus disekolah?
3. Bagaimana cara guru BK dalam memandirikan peserta didik yang berkebutuhan khusus?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kebutuhan bimbingan dan konseling pada peserta didik yang berkebutuhan khusus
2. Untuk mengetahui konsekuensi adanya peserta didik yang berkebutuhan khusus disekolah
3. Untuk mengetahu icara guru BK dalam memandirikan peserta didik yang berkebutuhan khusus
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kebutuhan layanan BK pada peserta didik yang berkebutuhan khusus
Pendidikan merupakan komponen utama dalam menentukan tingkat kemajuan suatu bangsa. Di dalam proses pendidikan setidaknya ada tiga komponen pokok yang paling menunjang dan harus dilaksanakan dalam pendidikan, yaitu: program yang baik, administrasi dan supervisi yang lancar, serta pelayanan bimbingan yang terarah. Jadi jelas bahwa bimbingan dan konseling mempunyai peran yang cukup penting di dalam proses pendidikan.
Layanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan satu bagian penting dalam proses pendidikan yang harus diberikan kepada peserta didik agar mereka mampu mandiri tidak tergantung kepada orang lain. Peserta didik berkebutuhan khusus (ABK) merupakan bagian warga sekolah yang memiliki kebutuhan yang sama dengan peserta didik yang lainnya untuk mendapatkan layanan bimbingan dan konseling, yang akan berguna bagi mereka dalam rangka memahami diri dan memandang dirinya, menyadari kebutuhannya sehingga dapat hidup mandiri meskipun mereka memiliki hambatan karena kecacatan mereka.
Dampak dari hambatan yang dimiliki oleh ABK seperti merasa ditolak, merasa gagal, dan sulit sulit untuk melakukan hubungan sosial menimbulkan kebutuhan mereka untuk merasa diterima, didengar oleh orang lain, memerlukan nasihat untuk mencapai tujuan saat ini dan tujuan masa yang akan datang, memerlukan bimbingan untuk meningkatkan hubungan interpersonal, memerlukan bantuan untuk membangun konsep diri yang kuat dan merasa percaya diri.
Bimbingan dan konseling diperlukan bagi ABK dan Konselor harus bersikap dan memandang mereka sesuai dengan filosofi bahwa tidak ada individu yang sama semua individu adalah unik dan mereka memiliki kemampuan untuk tumbuh untuk mengembangkan potensi mereka (Thomson, 2006). Konseling bagi ABK harus dilakukan dengan memandang mereka dari sisi positif dalam sebuah hubungan konseling yang menerima mereka, melihat mereka bukan dari sisi hambatannya melainkan sebagai individu.
Konseling dapat diartikan sebagai sebuah hubungan teurapeutik, sebuah proses pemecahan masalah, sebuah reduksi, dan sebuah metode untuk merubah perilaku untuk membantu anak dalam menghadapi permasalahan perkembangan dan sebagai suatu proses preventif. Untuk proses konseling sangat diperlukan untuk ABK agar mereka mampu menghadapi, memahami, dan menemukan solusi dari permasahan yang bereka hadapi sehubungan dengan hambatan-hambatan yang mereka miliki.
Intervensi konseling perlu diberikan pada saat ABK membutuhkannya. Konseling diberikan untuk meningkatkan self esteem, self concept, dan peningkatan pemaknaan hidup sebagai manusia yang berguna. Ada beberapa tekhnik yang dapat dilakukan untuk meningkatkan areal ini, misalnya dengan tekhnik relaksasi relaxation techniques (Amerikaner & Summerlin 1982), rational emotive educational procedures (Lo, 1985), atau juga melalui konseling kelompok group counseling yang meliputi berbagai psichoterapi (Mishna, 1996), konseling kelompok akan memberikan keuntungan dalam meningkatkan fungsi sosial-emosi ABK.
Konselor, orang tua, para guru harus memiliki pemahaman yang jelas mengenai ABK yang mungkin memerlukan pendidikan khusus dan layanan khusus. Pembelajaran bagi ABK dituangkan dalam sebuah Program Pembelajaran Individual (PPI), dan konseling untuk ABK sering kali sudah termasuk di dalam IEP.
B. Konsekuensi adanya ABK disekolah
Melihat hambatan dan kebutuhan ABK dalam kehidupannya maka penulis berpendapat bahwa mereka sangat membutuhkan layanan bimbingan dan konseling, namun sayang di Indonesia bahkan mungkin di negara maju sekalipun layanan BK bagi mereka masih terbatas, namun demikian penelitian mengenai konseling bagi ABK telah dilakukan. Menurut Thomson (2006) : banyak konseling bagi ABK meliputi masalah-masalah yang berhubungan dengan metodologi, banyak artikel yang menawarkan opini atau menyarankan metode untuk konseling namun tanpa mempertimbangkan keunggulan opini, saran atau metode tersebut, dan sangat sedikit artikel yang fokus kepada konseling keluarga dan metode konseling lain fokus pada anak cerdas istimewa gifted atau anak berkesulitan belajar learning disability atau hambatan perilaku behavioral disorder.
Kondisi di atas menimbulkan sebuah tantangan baru bagi para konselor di sekolah dan menimbulkan beberapa konsekwensi diantaranya sebagai berikut :
1. Konselor perlu memahami dunia anak berkebutuhan khusus special need children SNC, konselor perlu memahami pengetahuan dasar mengenai kondisi hambatan/ kecacatan disabling, symptom, karakteristik umum dan keterbatasan ABK dan apa kekuatan dan potensi yang dimiliki mereka.
2. Konselor tidak perlu menjadi seorang ahli dalam teknik mengajar dalam setting pendidikan khusus atau dalam pendidikan setting inklusif, namun demikian pemahaman kebutuhan dan karaekteristik anak diperlukan untuk sebuah konseling yang efektif.
3. Konselor perlu menyadari dirinya pada saat mereka akan menangani ABK untuk memandang mereka sebagai individu bukan sebagai seorang anak dengan kecacatannya.
4. Konselor perlu memahami pengetesan testing, pengdiagnosaan diagnosing dan perencanaan planning (prosedur) akan meningkatkan kegelisahan dan ketakutan anak. Pengetesan testing, pengdiagnosaan diagnosing dan perencanaan planning (prosedur) adalah hal yang penting namun hal tersebut tidak akan menimbulkan sebuah hubungan yang kurang baik bila kita berharap agar anak merasa bebas dalam mengekpresikan ketakutan, kecemasan, kekhawatiran, dan merasa sebagai orang yang aman ketika berbicara dengan konselor.
C. Cara guru BK memandirikan peserta didik yang berkebutuhan khusus ( ABK )
Sebelum membahas cara guru BK memandirikan ABK terlebih dahulu kita bahas modal yang diperlukan untuk menjadi guru BK. Untuk dapat mengemban dan mengembangkan pelayanan bimbingan dan konseling diperlukan tenaga yang benar-benar berkemampuan, baik personalitasnya maupun profesionalitasnya.
1. Modal personal
Modal dasar yang akan menjamin suksesnya penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah berupa karakter personal yang ada dan dimiliki oleh tenaga peytelenggara bimbingan dan konseling.
a. Berwawasan luas, memiliki pandangan dan pengetahuan yang luas, terutama tentang perkembangan peserta didik serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
b. Menyayangi anak, memiliki kasih sayang terhadap peserta didik.
c. Sabar dan bijaksana, tidak mudah marah dan mengambil tindakan keras dan emosional.
d. Lembut, baik hati, tekun dan teliti.
e. Memahami dan bersikap positif terhadap pelayanan bimbingan dan konseling.
2. Modal Profesional
Modal profesional mencakup kemantapan wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap dalam bidang kajian pelayanan bimbingan dan konseling.
3. Modal Instumental
Pihak sekolah perlu menujang perwujudan kegiatan BK dengan menyediakan sarana dan prasarana seperti ruangan yang memadai, perlengkapan kerja sehari-hari, instrumen BK dan sarana pendukung lainnya.
Setelah mempunyai modal tersebut guru BK dapat memandirikan ABK disekolah dengan cara guru BK memberikan perhatian yang terfokus. Fokus perhatian konselor dalam konseling dengan ABK adalah pada wilayah konsep diri/ self-concept dan evaluasi diri/ self-evaluation. Pemahaman konsep diri dan evaluasi diri yang baik akan membantu ABK dalam memahami dirinya sendiri sehingga, ia dapat mengembangkan dirinya dengan optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya dan mereka akan menjadi lebih mandiri tidak tergabung terhadap bantuan orang lain dan lingkungan sekitarnya.
Bagi ABK yang di tingkat lanjut maka fokus konseling bisa diarahkan terhadap layanan bimbingan dan konseling karir, agar ABK memiliki kesiapan dan kemantapan dalam upaya memandirikan dirinya dikemudian hari.
Konsep diri ABK sering kali sangat rendah, hal ini sebagai akibat dari pengalaman mereka yang sering ditolak dan mengalami banyak kegagalan. Evaluasi diri membantu ABK dalam mengambil tanggung jawab pribadinya terhadap kehidupan mereka, dan untuk membantu mereka dalam menemukan cara hidup yang produktif.
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Layanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan satu bagian penting dalam proses pendidikan yang harus diberikan kepada peserta didik agar mereka mampu mandiri tidak tergantung kepada orang lain. Peserta didik berkebutuhan khusus (ABK) merupakan bagian warga sekolah yang memiliki kebutuhan yang sama dengan peserta didik yang lainnya untuk mendapatkan layanan bimbingan dan konseling, yang akan berguna bagi mereka dalam rangka memahami diri dan memandang dirinya, menyadari kebutuhannya sehingga dapat hidup mandiri meskipun mereka memiliki hambatan karena kecacatan mereka.
Melihat hambatan dan kebutuhan ABK dalam kehidupannya mereka sangat membutuhkan layanan bimbingan dan konseling, diharapkan konselor perlu memahami dunia anak berkebutuhan khusus special need children SNC, konselor perlu memahami pengetahuan dasar mengenai kondisi hambatan/ kecacatan disabling, symptom, karakteristik umum dan keterbatasan ABK dan apa kekuatan dan potensi yang dimiliki mereka
Fokus perhatian konselor dalam konseling dengan ABK adalah cara untuk memandirikan ABK, fokus perhatian ini pada wilayah konsep diri/ self-concept dan evaluasi diri/ self-evaluation. Pemahaman konsep diri dan evaluasi diri yang baik akan membantu ABK dalam memahami dirinya sendiri sehingga, ia dapat mengembangkan dirinya dengan optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya dan mereka akan menjadi lebih mandiri tidak tergabung terhadap bantuan orang lain dan lingkungan sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Mugiarso, heru dkk. 2009. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UNNES Press.
Prayitno, H dkk. 1994. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: RINEKA CIPTA.
Reviewed by joko susanto
on
18.17
Rating:
Tidak ada komentar: