Kesaksian dari Ahli Kitab.
"Katakanlah: Allah sudah cukup sebagai saksi antara aku dan kamu, dan pula orang yang mempunyai ilmu Kitab" (Quran Suci 13:43).
Kitab-kitab Suci yang dipegang oleh agama-agama lain telah turun ribuan tahun, tetapi kaum Muslim, selama tigabelas setengah abad, tidak pernah tertarik untuk mempelajari bahasa mereka dan melakukan studi yang mendalam; meski di samping kesaksian Ilahi yang dianugerahkan kepada Nabi Muhammad ada bukti dari seseorang yang diberi ilmu dari Buku Besar yang telah diwahyukan kepada para nabi dengan macam-macam bahasa di dunia. Pada abad ini, tak ada yang menentang kenyataan, bahwa inilah saatnya bahwa Islam akan menang dan unggul atas seluruh agama yang lain, dan hujjah yang tak terbilang banyaknya yang membuktikan kebenaran Islam akan disajikan. Ini adalah abad digenapinya jani Ilahi:
"Dia ialah Yang mengutus utusan-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar, agar Ia memenangkan itu di atas sekalian agama" (Quran Suci 9:33).
Ini juga merupakan abad dimana kumpulan bukti dari para nabi macam-macam agama, yang menguntungkan Nabi Muhammad, mulai dibukakan. Dengan pemeliharaan dan perhatian seberapa para penganut macam-macam agama ini menyembunyikan dan tetap merahasiakan kitab-kitab mereka di masa lalu, adalah suatu riwayat yang teramat amat panjang. Peristiwa di mana seorang sarjana terkemuka Sir William Jones alami akan menggambarkan hal ini. Sir William adalah seorang yang dengan usaha yang tekun membawa bahasa Sanskerta ke dunia Barat, sehingga hari ini Eropa bisa menerbitkan, untuk kepentingan orang-orang Timur, edisi yang langka dan kabur dari Kitab Weda. Sir William tiba di Fort William, Calcutta, sebagai seorang Hakim di Mahkamah Agung pada tahun 1783 AD. Dialah orang yang mendirikan Asiatic Society of Bengal, dan karenanya menjadikan negeri ini banyak berhutang budi kepadanya, yang tak akan pernah bisa dilupakan. Adalah melalui usahanya yang tak kenal lelah dari Society ini maka edisi kuno dari Weda dan kepustakaan Sanskerta yang lain bisa melihat cahaya terang. Ketika Sir William memutuskan untuk belajar bahasa Sanskerta, maka tak seorang pandit pun, meski dengan imbalan yang sangat bagus, dapat diketemukan di seluruh negeri yang mau bertanggungjawab untuk mengajarinya. Catatan kuno, betapa pun, telah menunjukkan bahwa dua atau tiga pandit secara diam-diam menerima imbalan dan seterusnya, tetapi pandit atasannya mencium gelagat masalah itu dan mereka diputuskan hubungannya, segala perkara dalam hubungan sosial seperti makan bersama, kawin campur dan sebagainya diputus dari mereka. Suatu sikap yang ketat dari Society semacam itu sesungguhnya telah mengguyurkan air dingin terhadap aspirasi para pandit namun kesulitannya tetap tak terpecahkan.
Shiv Chandra, Maharaja dari Krishna nagar, adalah teman dari Sir William. Dia juga telah berusaha sebaik-baiknya, namun tetap tidak dapat mendapatkan orang yang bisa mengajar Sir William 'yang kotor'. Akhirnya seorang dari keluarga yang 'kurang' pandit, Ram Lochana namanya, telah mengebiri dirinya untuk menerima jabatan yang riskan itu. Pandit itu tinggal sendirian, seorang lelaki yang 'memilih hidup sendiri dan pantang menikah'. Pertemanan yang dimilikinya, tak diragukan lagi, tetapi imbalan Rs.100 sebulan dan kereta istana yang membawa dari tempat tinggalnya ke Chaurangi, adalah daya tarik, yang membuat Pandit mengabaikan teman-temannya. Sangat keras persyaratan yang dibebankan oleh Pandit itu kepada muridnya, tetapi Sir William Jones bergeming dari keputusannya yang bulat. Satu kamar di lantai dasar dari bungalo dipisah khusus untuk itu. Kamar itu, atas perintah Pandit, dialas dengan marmer putih. Segala macam daging tidak boleh dibawa bahkan sampai ke pekarangan rumah. Sir William menerima perintah dengan perut kososng; tetapi kadang-kadang, ketika dia dengan rendah hati membujuk Pandit, dia boleh minum secangkir the. Setengah jam sebelum waktu yang ditentukan, seorang serdadu berkendaraan ke rumah Pandit memberi tahu bahwa ini saatnya untuk mengajar. Kemudian Pandit itu berkenan datang. Suatu apartemen yang dekat ke ruang studi sengaja dipishkan untuk Pandit untuk menyingkirkan jubahnya yang suci dan mengambil yang lain dimana dia bisa bertatap-muka dengan 'sohib'-nya. Seorang Hindu ditunjuk agar setiap hari mensucikan kamar studi berikut perabotan di dalamnya dengan air dari Sungai Gangga. Pandit itu seorang dengan temperamen yang menyakitkan. Dia sering memaki-maki Sir William mengatakan bahwa seorang pemakan daging tidak bakalan bisa belajar bahasa Sanskerta, karena itu bukan bahasa bagi orang kotor melainkan bahasa dewa-dewa. Sir William Jones mentolerir semua sarkasme ini dengan ceria, dan akhirnya dia bisa mempelajari bahasa Sanskerta. Kalau ada orang lain dalam posisi seperti Sir William, sudah pasti seleranya akan patah dalam waktu beberapa hari.
Dengan sepatah kata, kita sungguh sangat berhutang budi atas usaha orang-orang yang membawa keluar Kitab-kitab Suci Hindu dan Majusi dari gua yang temaram dan menunjukkannya ke cahaya matahari. Meskipun usaha ini terutama bersifat komersial, tetap kita berhutang budi kepada para sarjana ini atas usahanya yang tak kenal lelah dan semangat dengan mana mereka mempelajari macam-macam bahasa dan menerbitkan kitab-kitab kuno. Di sini pun, kita temukan tanda atas kebenaran Nabi Suci Muhammad. Sesungguhnya, Isa Almasih adalah 'Bintang Pagi' yang membawa berita gembira atas munculnyadi langit dunia ini, Matahari kenabian pada tengah-hari. Begitulah sama juga para peneliti kepustakaan dan ilmiah dari para pengikutnya selalu menunjuk dunia kepada dakwah Nabi dan membuktikan kebenarannya. Perbedaannya yalah sikap kaum Muslim sekarang ini terhadap ilmu pengetahuan, merosotnya peradaban dan kebudayaan mereka, serta tenaga merusak dari antara mereka yang feodal dan suka mengkafirkan, dan bukannya kerja untuk penyiaran atau rencana yang konstruktif, adalah tandatanda yang nyata dari frustrasinya orang Islam. Namun Nabi Muhammad tidak saja mendapat salawat dari kaum Muslim saja, juga Tuhan dan Malaikat bersalawat atas namanya (4). Sayangnya, kaum muslim kini, melalui kelakuannya yang tidak benar, membikin buram nama suci Nabi Muhammad s.a.w., tetapi salawat dari Allah dan malaikat-Nya, pada saat yang sama, menyingkirkan semua stigma dan membersihkan sifat Nabi dari semua tuduhan palsu. Semua penelitan kepustakaan dan filosofis dan berjilid-jilid yang sekarang diterbitkan di Eropa kini dalam bidang studi agama-agama kuno, semua penuh dengan argumen semacam itu yang mendukung kebenaran Islam. Jika sebelum kedatangan Nabi Suci para pendeta dan biarawan Kristen dengan penuh harap menunggu munculnya Paraclete (Ahmad), dan dengan doa mereka yang terus-menerus, permohonan mereka yang saleh dan permintaan akan rahmat-Nya, mereka juga memberi kepada dunia berita gembira atas kedatangan Nabi Suci Muhammad. Begitu pun mereka, kini, mengungkapkan kebenarannya melalui penyelidikan kritisnya serta pengejarannya akan kepustakaan. Tidak sedikit jasa Nabi Suci kepada Isa Almasih, ibunya serta anak-keturunannya (5). Dan ini, sesungguhnya, adalah suatu balas jasa yang rendah hati dari hal yang sama, yakni bahwa umat Kristiani sekarang ini telah membelanjakan banyak sekali dana dan mengambil begitu banyak susah-payah dalam melayani (secara tidak langsung) Islam. Tidaklah mengherankan, kalau sebagai akibat dari kerja keras mereka, maka mereka akan bisa melihat cahaya sejati dari Islam.
Tak pelak lagi, akibat tidak mampunya kaum Muslim memberi layanan seperti ini demi agama mereka, telah mengasingkan mereka dari pahala langit, tetapi hal itu, pada saat yang sama, tidak tanpa suatu maksud yang diarahkan sebelumnya. Seandainya kaum Muslim mengambil tanggung-jawab ini dengan menggali Kitab-kitab suci kuno ini dari keterasingannya, maka kesalahan atas kerusakannya juga harus digelar oleh mereka. Jadi, jika pada suatu sisi, para penganut Kitab-kitab ini yang non-Muslim mencoba sebisanya agar bisa merahasiakan isinya, maka sebaliknya, yang mengungkap ajaran mereka sendiri adalah juga non-Muslim yang sering-kali menjadi lawan yang keras dari Islam. Maka sudah direncanakan rupanya bahwa semua nubuatan dalam Kitab-kitab ini tetap tak tersentuh tanpa suatu pun bayangan keraguan bahwa isinya telah rusak.Inilah sebabnya mengapa selama masa perkembangan Islam, Kitab Weda, dasatir dan Kitab-kitab Suci kuno lainnya tetap dalam remangremang dan perbendaharaan di dalamnya dimaksudkan untuk dianugerahkan kepada kaum Muslim abad ini yang sedang merosot dan sakit, sehingga itu bisa menjadi bukti kenyataan bahwa Islam itu tidak pernah memerlukan suatu kekuasaan lahiriah untuk menegakkan dan mengenal kebenarannya, tetapi juga bahwa agama ini memiliki semacam permata yang tak ternilai, yang memancarkan cahayanya ke seluruh dunia, yang selama berabad-abad yang lalu tetap terpendam sebagai suatu karunia Ilahi yang unik dalam perbendaharaan agama-agama lain.
Suatu bukti kuat atas Akhir Kenabian.
"Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kamu Agama kamu dan Aku lengkapkan nikmat-Ku kepada kamu dan Aku pilihkan untuk kamu Islam sebagai agama" (Quran Suci 5:3).
Keyakinan Islam ini, yakni bahwa para nabi dibangkitkan di segenap bangsa di dunia dan bahwa Muhammad adalah Utusan Yang Dijanjikan bagi seluruh agama-agama, adalah suatu bukti yang sangat kuat atas akhir kenabian dengan datangnya Muhammad s.a.w. Sebelum munculnya Nabi Suci, orang-orang hanya percaya kepada kebenaran nabi mereka sendiri masingmasing dan kepercayaan kepada semua nabi tak bisa dipegang karena masih berlangsungnya terus kenabian. Tetapi ketika kenabian itu tuntas paripurna dan akhir dari para nabi, yakni seorang yang dijanjikan oleh segenap agama itu muncul, adalah perlu bahwa segenap bangsa-bangsa di dunia ini beriman kepadanya dan melalui beliau kepada semua nabi yang terdahulu, dus mempersatukan kemanusiaan yang terpencar dan menyebar ke dalam keseluruhan yang solid, dan membawakan kesempurnaan perkara yang telah ditetapkan bahkan sejak penciptaan alam semesta. Ini juga merupakan bukti fakta bahwa alam semesta ini bukanlah sebuah mesin otomatis dari elemen yang heterogin, tetapi dia itu diperintah oleh Tuhan Yang Mahabijaksana dan Maha-mengetahui, Yang membimbing setiap obyek, membawanya melalui macam-macam tingkat perkembangannya, ke tujuan kesempurnaan. Jadi bila dalam tahap awal perkembangan dunia itu dirasakan kebutuhan mempersatukan suatu kaum, dengan suatu kumpulan singkat hukum agama, maka tetaplah lebih besar lagi kebutuhan, untuk suatu agama sempurna dan seorang Nabi yang Ideal, untuk merangkai bersama segenap bangsa di dunia ini. Dan rangkaian antar-bangsa, antar agama dan antar nabi ini, bisa dilihat dunia, dalam pribadi Nabi Muhammad.
Seorang nabi baru sesudah Akhir Kenabian menyebabkan perpecahan
"Dan demikianlah Kami menjadikan kamu umat yang unggul agar kamu menjadi saksi bagi manusia dan Utusan menjadi saksi bagi kamu" (Quran Suci 2:143).
Kepercayaan akan datangnya nabi baru setelah penyempurnaan agama dan tuntasnya kenabian sekali lagi meruntuhkan solidaritas dari agama-agama ini dan memalsukan sangat bijaknya Tuhan Yang Maha-bijaksana. Kepercayaan semacam itu sungguh naif dan terbuka untuk berbagai keberatan. Kami mencatat tiga keberatan atas kepercayaan ini.
Cermin pertama adalah terhadap kebijaksanaan Tuhan sendiri. Dia telah memberikan semacam latihan bagi kemanusiaan, melalui suatu rantai panjang kenabian, bahwa mereka bersatu menjadi satu keseluruhan pada suatu waktu yang telah ditetapkan. Setelah tercapainya tujuan yang besar ini, Dia Sendiri mengirim nabi baru untuk merobek-robek badan yang sudah bersatu ini. Setelah tiganelas abad dengan pengorbanan yang besar dan usaha yang gigih suatu masyarakat dari enampuluh kelompok telah bersiap-siap untuk mengangkat bendera perdamaian internasional dan persahabatan serta mengungkapkan kebenaran dari segenap nabi di dunia; dan kemudian tiba-tiba adalah suatu pukulan terhadap Tuhan bila memunculkan seorang nabi baru yang menghancurkan tenaga yang perkasa ini menjadi berkeping-keping. Maka, perumpamaan seorang perempuan yang memintal benang seperti yang dikisahkan dalam al-Quran akan lebih tepat ditujukan kepada Tuhan sendiri:
"Dan janganlah kamu seperti orang yang menguraikan benang setelah itu dipintal dengan kuat, hingga itu cerai-berai" (Quran Suci 16:92).
Keberatan kedua atas doktrin ini ialah bahwa dia menegasikan tujuan utama dari agama. Tujuan sesungguhnya dari agama adalah mempersatukan manusia menjadi suatu umat yang satu. Dan bila seorang nabi bisa muncul setelah tercapainya tujuan ini, maka agama itu tidak saja kehilangan tujuannya yang sejati melainkan juga mengandung hal yang naif. Para Nabi pasti bisa datang, dan telah datang, sebelum munculnya Nabi Yang Dijanjikan; tetapi ketika seorang yang diharapkan itu telah muncul tentang siapa semua nabi terdahulu telah meramalkannya dan menyuruh para pengikutnya agar beriman kepadanya serta membantunya, dan ketika agama telah dibuat sempurna serta dubia ini telah diberi risalah:
"Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kamu Agama kamu dan Aku lengkapkan nikmat-Ku kepada kamu dan Aku pilihkan untuk kamu Islam sebagai agama" (Quran Suci 5:3).
Setiap nabi baru atau agama baru akan membuyarkan seluruh perkara dan akan menyebabkan kekacauan yang besar.
Alasan ketiga mengapa seorang nabi tidak bisa ditolerir setelah akhir kenabian adalah, bahwa ini akan memalsukan dakwah dari Nabi Yang Dijanjikan. Jika kenabian itu berlanjut seperti sebelumnya, maka tak masuk akal kalau hanya memunculkan seorang nabi sebagai pembimbing dari seluruh umat manusia. Nabi-nabi yang berbeda bisa datang untuk membimbing umat mereka masing-masing. Dan munculnya seorang nabi dari para pengikut Nabi Muhammad sendiri, dimana penolakan terhadap beliau membuat seseorang itu keluar dari Islam, adalah suatu pencederaan terhadap kehormatan yang agung dari Nabi Yang Dijanjikan dan bertentangan dengan panutan Islami. Kebesaran Muhammad dan kedigjayaan dakwahnya menuntut bahwa tak ada klaim yang lain yang muncul sesudah beliau yang penolakan terhadapnya bisa meruntuhkan persatuan dari persaudaraan Islam. Inilah apa yang sudah ditetapkan sejak terciptanya alam semesta ini, dan inilah yang semua nabi itu datang untuk menggenapinya. Bangunan kenabian telah lengkap dan tak ada ruang lagi untuk nabi yang baru.
Nubuatan yang akan kta bicarakan dalam buku ini dengan jelas mendukung doktrin akhir kenabian. Tidak hanya Quran Suci dan Sunnah Nabi Muhammad telah melukiskan akhir kenabian, tetapi bukti-bukti yang disepakati oleh semua nabi telah mengandung kenyataan bahwa Muhammad adalah yang terakhir dari para nabi dan setiap pengakuan sesudahnya adalah dusta dan kafir. Dia yang melangkah keluar dari janji suci tentang akhir kenabian sungguh akan jatuh menjadi mangsa ketidak-beragamaan dan penghujatan kepada Tuhan.
Tidak ada komentar: