PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA
PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA
artikel
disajikan
sebagai salah satu syarat
untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program
Studi Pendidikan Fisika
oleh
Andhini
Tiara Puspita
4201409104
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2013
PENGESAHAN
Artikel
yang berjudul
Penerapan
Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan
Mengembangkan Keterampilan Proses Sains Siswa
disusun oleh
Andhini
Tiara Puspita
4201409104
telah disahkan
pada
hari :
tanggal :
Mengetahui,
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Dr.
Sarwi, M.Si. Drs. Hadi Susanto, M. Si.
NIP. 196208091987031001 NIP. 195308031980031003
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN MENGEMBANGKAN
KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA
A. T. Puspita, Sarwi, H. Susanto
Jurusan Fisika Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang
(UNNES), Semarang, Indonesia, 50229
e-mail: bunga_andhara@yahoo.co.id
Abstrak
Sains
merupakan sebuah produk dan proses ilmiah sehingga membutuhkan strategi
pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar secara langsung pada siswa.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan model
pembelajaran inkuiri terbimbing dalam mengembangkan keterampilan proses sains
dan meningkatkan pemahaman konsep siswa, serta mendeskripsikan nilai karakter
siswa. Penelitian
ini menggunakan metode eksperimen semu. Hasil uji gain
menunjukkan pengembangan keterampilan proses sains siswa sebesar 0,521 dalam
kriteria sedang dan peningkatan pemahaman konsep optik siswa sebesar 0,677
dalam kriteria sedang. Nilai karakter siswa yang muncul juga mengalami
perkembangan yang positif meskipun sangat kecil. Berdasarkan analisis uji t pada hipotesis pertama disimpulkan
bahwa penerapan
inkuiri terbimbing belum efektif dalam mengembangkan keterampilan proses sains
siswa, namun mengindikasikan perkembangan positif dengan memberikan perlakuan
yang berkelanjutan. Diperoleh pula hasil uji t pada hipotesis kedua bahwa penerapan pembelajaran
inkuiri terbimbing efektif untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam
materi cahaya.
Kata kunci : inkuiri terbimbing, keterampilan proses sains, konsep cahaya
Abstract
Science essences are a product and
a scientific process which need a learning strategies that provide a direct
learning experiences to students. The purpose of this research was to determine
the effectiveness of guided inquiry learning to develop science process skills
and to enhance students' understanding of concepts, and describe the value of
students’ character. This research used quasi-experimental methods. Gain test
results showed the development of science process skills in gain factor 0,521 (medium)
and the enhancement of students' understanding of optic concept in gain factor 0,677
(medium). The value of students’ character develop positively although very
small improvement. Based on t-test analysis for first hypothesis concluded that
application of guided inquiry has not been effective in developing students'
science process skills, but indicates positive development by providing ongoing
treatment. The result of t-test on the second hypothesis concluded that the
application of guided inquiry learning is effective to enhance students' understanding
of optic concepts.
Keywords: guided inquiry, science process skills, optic concept
PENDAHULUAN
Sains merupakan sebuah produk dan
proses ilmiah. Sains tidak hanya terdiri dari
pengetahuan dan berbagai macam fakta yang harus dihafal, tetapi sains merupakan
proses aktif dan kreatif dalam mempelajari gejala-gejala alam yang belum
diterangkan menggunakan kemampuan berpikir. Model pembelajaran yang mendukung
pembelajaran sains harus bersifat berpusat pada siswa (student centered)
seperti yang dikemukakan BSNP (2006). Namun, pembelajaran fisika masih bersifat
teacher centered, yaitu guru sebagai
pusat dalam kegiatan pembelajaran, guru hanya menyampaikan sains sebagai produk
dan siswa cukup menghafal informasi yang mereka peroleh. Pemahaman konsep siswa
terhadap materi yang disampaikan kurang diperhatikan. Siswa hanya diarahkan
untuk mencapai aspek kognitif terendah sehingga kurang mengembangkan kemampuan
berpikir siswa dan membuat mereka malas untuk berpikir mandiri. Aspek afektif
dan aspek psikomotorik siswa juga belum dikembangkan secara optimal.
Adapun alternatif pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran
berbasis kegiatan laboratorium dimana siswa diminta untuk melakukan sesuatu dan
belajar. Salah satunya adalah kegiatan inkuiri yang merupakan suatu kegiatan
laboratorium dimana siswa dituntun untuk menemukan sebuah konsep yang berawal
dari sebuah permasalahan yang mendasar (Brickman: 2009). Inkuiri merupakan
suatu strategi pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar secara langsung
kepada siswa. Kelebihan dari pemberian pengalaman secara langsung pada siswa
adalah siswa akan lebih mengingat dan memahami konsep yang dipelajari karena
mereka sendiri yang menemukan konsep tersebut.
Tujuan utama pembelajaran inkuiri adalah membantu siswa
mengembangkan potensi keterampilan ilmiah yang dimiliki. Model pembelajaran
yang dapat mendukung siswa untuk mengembangkan potensi mereka adalah inkuiri
terbimbing (guided inquiry). Dalam
model pembelajaran ini siswa diberikan sebuah permasalahan kemudian mereka
dimotivasi untuk memecahkan permasalahan tersebut menggunakan cara-cara dan
keterampilan ilmiah (Bilgin, 2009). Melalui pembelajaran ini siswa dapat
mengembangkan kemampuan psikomorik berupa keterampilan proses sains yang mereka
miliki dan kemampuan afektif berupa sikap ilmiah yang mencerminkan nilai
karakter siswa untuk mencapai pemahaman konsep yang lebih mendalam.
Ausubel berpendapat bahwa keterampilan proses sains sangat penting
untuk pengembangan pemahaman ilmiah yang berbuah konsep dan pemahaman untuk
memecahkan permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari yang diperoleh
melalui prosedur ilmiah yang dilakukan (Ango, 2002). Keterampilan proses sains dipahami sebagai kemampuan untuk menerapkan
metode atau prosedur ilmiah untuk memecahkan suatu
fenomena alam (Temiz, 2006). Beberapa
keterampilan proses sains dasar yang dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran,
seperti yang dikemukakan oleh Dimyati (2009: 141-145) antara lain: mengamati, mengklasifikasikan, mengkomunikasikan, mengukur, meramal/memprediksi dan menyimpulkan. Setiap aspek keterampilan proses sains dasar tersebut digunakan
siswa dalam setiap tahap pembelajaran inkuiri terbimbing.
Keterampilan proses sains perlu dikembangkan antara lain untuk
membantu siswa dalam mempelajari dan memahami konsep-konsep sains (Devi, 2010).
Dalam pembelajaran fisika, pemahaman
konsep dapat dikatakan sebagai kemampuan siswa dalam mengerti dan memahami
suatu ide atau konsep dalam sebuah materi pelajaran
yang mencakup seluruh aspek kognitif.
Konsep-konsep yang diajarkan tidak hanya
dihafalkan oleh siswa tetapi dimengerti dan dimaknai dengan kalimatnya sendiri sehingga seluruh konsep yang telah diperoleh dapat digunakan bersama dalam memecahkan suatu permasalahan fisika. Oleh karena itu, dibutuhkan model pembelajaran yang dapat
memberikan siswa kesempatan untuk memahami dan mengaplikasikan konsep fisika
serta meningkatkan keterampilan berpikir, seperti inkuiri terbimbing (Umrotun,
2012).
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan Untuk menentukan
keefektifan penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam mengembangkan
keterampilan proses sains siswa dan meningkatkan pemahaman konsep siswa
terhadap cahaya, serta mendeskripsikan nilai karakter siswa selama mengikuti
pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Kedungwuni, Jalan
Capgawen No.112 Kedungwuni Kabupaten Pekalongan. Subjek penelitian ini adalah
kelas VIII F dengan jumlah siswa 34 anak. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu dengan desain
penelitian Pre-test and Post-test One Group Design. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode tes, metode observasi dan metode dokumentasi. Instrumen
penelitian yang digunakan terdiri dari tes uraian dan lembar observasi. Tes
uraian digunakan untuk menentukan peningkatan pemahaman konsep optik siswa.
Lembar observasi terdiri dari lembar observasi keterampilan proses sains siswa
dan lembar observasi nilai karakter siswa. Observasi dilakukan selama proses
pembelajaran sebanyak tiga kali pertemuan. Analisis data yang dilakukan meliputi analisis uji coba soal tes uraian,
analisis data tahap awal berupa uji homogenitas dan analisis data tahap akhir
berupa uji normalitas, uji gain dan
uji t pihak kanan. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya data
yang akan dianalisis. Uji gain
digunakan untuk mengetahui peningkatan data hasil tes dan hasil observasi.
Uji-t pihak kanan digunakan untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran
inkuiri terbimbing dalam mengembangkan keterampilan proses sains siswa dan
meningkatkan pemahaman konsep siswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengembangan Keterampilan
Proses Sains Siswa
Hasil dari penilaian Keterampilan Proses Sains (KPS) dalam tiga kali
pertemuan jika dilihat menurut setiap aspeknya disajikan dalam grafik berikut:
Gambar 1.1. Perkembangan KPS Tiap Aspek
Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa setiap aspek KPS siswa
berkembang secara positif dari tiap pertemuan. Berdasarkan uji gain diketahui pengembangan KPS secara
umum yaitu dari pertemuan pertama ke pertemuan ketiga diperoleh faktor gain sebesar 0,521 dalam kategori sedang.
Sedangkan pengembangan KPS jika dilihat berdasarkan kelas adalah sebegai
berikut:
Tabel 1.1 Hasil Uji Gain
berdasarkan Kelas
Uji Gain
|
Kelas Rendah
|
Kelas Sedang
|
Kelas Tinggi
|
|||
|
Kriteria
|
|
Kriteria
|
|
Kriteria
|
|
Pertemuan I-III
|
0.366
|
sedang
|
0.513
|
sedang
|
0.726
|
tinggi
|
Dari hasil tersebut yang mengalami peningkatan keterampilan proses
sains yang paling baik adalah siswa dalam kelas tinggi. Menurut Semiawan,
keterampilan proses merupakan keterampilan fisik dan mental yang terkait dengan
kemampuan-kemampuan dasar ilmiah yang dimiliki (Devi, 2010: 7). Hasil uji gain dari setiap aspek dapat dilihat
dalam Tabel 1.2.
Tabel 1.2 Hasil Uji Gain
Tiap Aspek KPS
Aspek
|
Pertemuan
I (%)
|
Pertemuan
III (%)
|
Uji Gain
|
|
<g>
|
Kriteria
|
|||
Memprediksi
|
58.06
|
77.42
|
0.462
|
sedang
|
Mengamati
|
62.90
|
86.02
|
0.623
|
sedang
|
Mengklasifikasi
|
58.06
|
80.11
|
0.526
|
sedang
|
Mengukur
|
67.74
|
87.10
|
0.600
|
sedang
|
Mengkomunikasikan
|
58.78
|
79.21
|
0.496
|
sedang
|
Menyimpulkan
|
43.01
|
67.74
|
0.434
|
sedang
|
Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat
bahwa seluruh aspek keterampilan proses sains dasar mengalami perkembangan
secara positif dalam kategori gain
sedang. Jika dilihat melalui faktor gain
yang dihasilkan, maka aspek KPS yang mengalami peningkatan dari yang paling
besar ke yang paling kecil adalah mengamati, mengukur, mengklasifikasi,
mengkomunikasikan, memprediksi dan menyimpulkan.
Hasil uji t dalam analisis data mengujikan rumusan masalah apakah
model pembelajaran inkuiri terbimbing efektif untuk mengembangkan keterampilan
proses sains siswa. Dengan uji t pihak kanan diperoleh kesimpulan bahwa thitung = -2,472 lebih kecil dari ttabel =2,042 sehingga
berada pada daerah penerimaan Ho dan dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing tidak
efektif untuk mengembangkan keterampilan proses sains siswa. Ango (2002) menyatakan bahwa siswa harus diperkenalkan keterampilan
proses di awal pengalaman sekolah mereka karena keberhasilan mereka dalam
pelajaran membutuhkan pemahaman dan penggunaan yang tepat dari keterampilan
ini. Hal yang sama dikemukakan oleh Devi (2010: 28) bahwa pengembangan
keterampilan proses diperlukan siswa sejak awal belajar sains, karena pada
dasarnya anak memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap sesuatu. Hal ini
berarti bahwa pengembangan keterampilan proses sains siswa membutuhkan waktu
yang tidak singkat. Penerapan inkuiri terbimbing untuk mengembangkan
keterampilan proses perlu dilakukan secara berkelanjutan.
Deskripsi Nilai Karakter
Siswa
Hasil dari penilaian nilai karakter siswa dalam tiga kali pertemuan
jika dilihat menurut setiap karakter disajikan dalam grafik berikut:
Gambar 1.2 Perkembangan Nilai Karakter Siswa
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa nilai karakter siswa
berkembang secara positif dari pertemuan pertama, kedua dan ketiga walaupun
perkembangannya sangat tipis. Nilai disiplin memiliki presentase skor rata-rata
paling besar untuk setiap pertemuannya. Sedangkan yang memiliki skor rata-rata
paling kecil adalah nilai rasa ingin tahu siswa.
Peningkatan Pemahaman
Konsep Siswa
Dengan diberikannya perlakukan (treatment)
menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing, siswa diberikan sebuah
permasalahan yang akan menggiring mereka kedalam sebuah penemuan. Dengan
memberikan pengalaman belajar secara langsung siswa dapat lebih mengingat
pengetahuan yang mereka peroleh selama proses penemuan tersebut. Dari sebuah
penemuan melalui praktikum siswa memperoleh sebuah konsep yang berhubungan
dengan materi yang mereka pelajari. Keterampilan proses sains siswa sangat
membantu dalam pemahaman konsep seperti yang dikemukakan oleh Devi (2010).
Pembelajaran sains harus mencakup kerja praktek dalam sebuah penyelidikan yang
menerapkan abstrak konsep ke dalam pengalaman konkret (Ango, 2002). Hasil pretest dan posttest dapat dilihat dalam Tabel 1.3.
Tabel 1.3 Hasil Pretest
dan Posttest
|
Nilai Rata-rata
|
Siswa Tuntas (%)
|
Siswa
Tidak Tuntas (%)
|
Pretest
|
18,06
|
0
|
100
|
Posttest
|
73,55
|
45.16
|
54.84
|
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat
bahwa pengetahuan awal siswa masih sangat kurang. Pada Gambar 1.3 terlihat
peningkatan yang sangat signifikan dari perolehan nilai pretest dan posttest baik
dilihat dari nilai terendah, nilai tertinggi maupun nilai rata-ratanya. Hal ini
menunjukkan peningkatan pemahaman konsep yang sangat positif.
Gambar 1.3 Grafik Perbandingan Nilai Pretest dan Postest
Uji gain pemahaman konsep
dihitung dengan membandingkan data pretest
dan posttest. Hasil uji gain yang diperoleh peningkatan
pemahaman konsep siswa secara umum dengan faktor gain sebesar 0,677 dalam
kriteria sedang. Sedangkan uji gain berdasarkan kelas dapat dilihat dalam Tabel
1.4.
Tabel
1.4 Uji Gain Kelas
Keterangan
|
Kelas Rendah
|
Kelas Sedang
|
Kelas Tinggi
|
Rata-rata Pretest
|
16.88
|
16
|
23.13
|
Rata-rata Posttest
|
65
|
73.33
|
82.5
|
< g
>
|
0.579
|
0.683
|
0.772
|
Kriteria
|
sedang
|
sedang
|
tinggi
|
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa peningkatan
pemahaman konsep yang paling tinggi terjadi pada siswa dalam kelas tinggi. Dari hasil penelitian keterampilan
proses sains siswa sebelumnya, kelas tinggi juga mengalami perkembangan yang paling
baik. Melalui proses ilmiah yang dilakukan siswa telah membangun pengetahuan
mereka terhadap materi pelajaran. Siswa kelas tinggi yang telah mengoptimalkan
keterampilan proses sains dasar yang mereka miliki dapat memperoleh hasil
belajar kognitif yang baik. Berdasarkan uraian tersebut dapat dilihat
keterkaitan antara keterampilan proses sains terhadap pemahaman konsep siswa.
Peningkatan pemahaman konsep siswa berbanding lurus dengan pengembangan keterampilan
proses sains siwa. Konsep sains yang dipelajari siswa akan lebih kokoh jika
mereka melakukan proses (konstruksi) pengetahuan tersebut (Ambarsari, 2013).
Dari analisis uji hipotesis pemahaman konsep yang dilakukan
diperoleh nilai thitung = 3,355 dan pada taraf 5% ttabel =
2, 042 yang berarti bahwa thitung > ttabel
sehingga berada pada daerah penolakan Ho. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing efektif untuk
meningkatkan pemahaman konsep siswa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Bilgin (2009) yang menunjukkan
bahwa siswa dalam kelompok eksperimen
memiliki pemahaman yang lebih baik tentang konsep dasar
dan sikap yang
lebih positif terhadap
instruksi inkuiri terbimbing.
Begitu pula dengan hasil penelitian Umrotun (2012) yang menyatakan bahwa
penggunaan model pembelajaran dengan teknik inkuiri terbimbing pada
pembelajaran fisika konsep optik dapat meningkatkan pemahaman konsep peserta
didik.
SIMPULAN
Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing tidak efektif untuk
mengembangkan keterampilan proses sains siswa. Namun dilihat dari perkembangan tiap pertemuan dengan hasil uji gain yang positif dalam kriteria sedang
dengan faktor gain 0.521, mengindikasikan keterampilan proses sains siswa dapat
dikembangkan dengan memberikan perlakuan yang berkelanjutan. Nilai
karakter siswa yang muncul selama proses pembelajaran berupa disiplin, rasa
ingin tahu, kerja sama dan kreatif mengalami perkembangan yang positif meskipun
sangat kecil. Hasil penelitian selanjutnya menunjukkan peningkatan pemahaman
konsep dengan faktor gain 0.677 dalam kriteria sedang, dan berdasarkan uji
hipotesis diperoleh kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri
terbimbing efektif untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa. Oleh karena itu, pembelajaran inkuiri
terbimbing perlu dilakukan secara berkelanjutan, karena melalui pembelajaran
dengan pendekatan keterampilan proses siswa akan lebih mudah untuk memahami
suatu konsep.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarsari, W., Slamet
S & Maridi. 2013. Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Keterampilan Proses
Sains Dasar pada Pelajaran Biologi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Surakarta. Jurnal Pendidikan Biologi FKIP UNS,
5 (1): 81-95.
Ango,
M. L. 2002. Mastery of Science Process Skills and Their Effective Use in te
Teaching of Science: An Educology of Science Education in Nigerian Context. International Journal of Educology, 16 (1):
11-30.
Bilgin, I. 2009. The Effects of Guided Inquiry Instruction
Incorporating A Cooperative Leraning Aprroach on University Sudents’ Achievement of Acid and Based Concepts and Attitude Toward Guided Inquiry Instruction. Scientific Research and Essay, 4(10): 1038-1046.
Brickman,
P., C. Gormally, N. Armstrong & B. Hallar. 2009. Effects of Inquiry-based
Learning on Students’ Science Literacy Skill and Confidence. International Journal for Scholarship of
Teaching and Learning, 3 (2): 1-22.
BSNP.
2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan
Dasar dan Menengah. Jakarta : BSNP.
Devi, P. K. 2010. Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA untuk Guru SMP. Bandung
: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu
Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA).
Dimyati, M. 2009. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Temiz, B., M. F. Tasar and M. Tan. 2006. Development and Validation of A Multiple Format Test of Science Process Skills. International
Education Journal, 7(7): 1007-1027.
Umrotun.
2012. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Optik Melalui Teknik Inkuiri
Terbimbing Peserta Didik Kelas VIII Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012. Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika, 3(1):
74-82.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA
Reviewed by joko susanto
on
15.06
Rating:
Tidak ada komentar: