|
|
Hasil Penelitian
Sebelum
penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu peneliti menentukan materi dan
menyusun rencana pembelajaran, soal uji coba, lembar kerja siswa (LKS), lembar observasi
untuk mengetahui aspek afektif atau keterlibatan belajar siswa. Berdasarkan
hasil survei dan diskusi dengan guru mata pelajaran maka materi yang dipilih adalah pemantulan cahaya.
Hasil penelitian merupakan hasil studi lapangan untuk memperoleh data dengan
teknik tes setelah dilakukan suatu pengajaran yang berbeda antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka hasil
penelitian terdiri atas:
4.1.1.
Analisis Tahap Awal
Pada analisis tahap awal hanya dilakukan uji homogenitas. Hal ini
dilaksanakan karena uji homogenitas digunakan untuk menentukan kelas yang akan
dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk menentukan tingkat
homogenitas kelas maka nilai ujian akhir semester I dari kelas VIII-A sampai
VIII-C diolah dan masing-masing dicari
variansnya. Pada uji homogenitas kali ini digunakan
rumus uji kesamaan dua varians. Jika seluruh kelas dinyatakan homogen, maka
peneliti dapat mengambil kelas manapun yang akan dijadikan sebagai kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Dari hasil perhitungan di dapatkan data yang
disajikan dalam tabel 4.1.
|
Tabel
4.1. Hasil analisis nilai ujian akhir semester
Kelas
|
Rata-rata
|
Varians
|
VIII-A
|
78,94
|
11,42
|
VIII-B
|
78,41
|
14,83
|
VIII-C
|
76,24
|
17,81
|
Dari perhitungan dengan rumus diperoleh Fhitung
= 1.5605 dan Ftabel = 2,7445 dengan taraf
kesalahan 5% . Dengan demikian Fhitung
< Ftabel maka data seluruh
kelas VIII mempunyai varians yang sama (homogen). Oleh karena itu, peneliti
bebas menentukan kelas yang akan dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Kelas yang terpilih untuk dijadikan kelas eksperimen adalah kelas
VIII-A dan untuk kelas kontrolnya adalah kelas VIII-B. perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran 8.
4.1.2 Analisis Uji Coba Soal
Analisis uji coba soal ini digunakan untuk mengetahui validitas soal,
realibilitas soal, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal sehingga soal yang
digunakan benar-benar dapat mengukur apa yang seharusnya diukur, dapat
menghasilkan data yang sama jika digunakan pada waktu yang berbeda, dan dapat
dapat mengetahui tingkat pemahaman siswa yang tinggi, sedang, maupun rendah. Hasil
analisis soal uji coba dapat
dilihat pada lampiran 6.
4.1.3 Validitas Soal
Berdasarkan perhitungan validitas
soal dengan rumus korelasi product moment, maka dari 40 soal yang diujicobakan
diperoleh rhitung, kemudian
dikonsultasikan dengan rtabel
dengan = 5% dan n
= 30 diperoleh rtabel =
0,361. Soal dinyatakan valid jika rhitung > rtabel dan soal dinyatakan tidak
valid jika rhitung < rtabel. Perhitungan validitas ini dilakukan pada masing-masing
butir soal. Hasil perhitungan validitas
dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut :
Tabel 4.2 Hasil uji validitas soal uji coba
Uji Validitas
|
Nomor Soal
|
Jumlah Soal
|
Valid
|
6, 7, 9, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 30, 31,
32, 34, 35, 36,37, 38, 39, 40,
|
27
|
Tidak Valid
|
1, 2, 3, 4, 5, 8, 10, 11, 14, 21, 28, 29, 33
|
13
|
Jumlah
|
40
|
Ketidakvalidan pada beberapa soal
tersebut terjadi karena siswa menjawab dengan cara menebak. Hal ini disebabkan
karena siswa kurang menguasai konsep cahaya dan ada beberapa soal yang terlalu
sukar untuk dikerjakan. Hasil Perhitungan selengkapanya dapat dilihat pada
lampiran 6.
4.1.4 Realibilitas Soal
Setelah
dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus KR 21 terhadap soal uji coba dengan
taraf signifikan 5% dan n = 30, diperoleh hasil bahwa rhitung = 0,819 sedangkan rtabel = 0,361. Soal dikatakan reliabel jika
rhitung
> rtabel, dan pada perhitungan
juga didapatkan hasil bahwa 0,819 > 0,361 atau dapat dituliskan rhitung > rtabel sehingga soal-soal yang diujicobakan reliabel. Hasil Perhitungan selengkapanya dapat dilihat pada
lampiran 6.
4.1.5 Taraf Kesukaran
Perangkat tes yang baik adalah
perangkat tes yang memiliki tingkat kesukaran seimbang, artinya perangkat tes
tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Dari 40 soal yang diujicobakan, ada yang termasuk dalam kategori sukar, sedang,
dan mudah. Hasil Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6. Tingkat
kesukaran soal dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3. Taraf kesukaran soal uji coba
Tingkat Kesukaran
|
Nomor Soal
|
Jumlah Soal
|
Mudah
|
1, 3, 5, 8,14, 19, 24, 32, 33, 34, 40
|
11
|
Sedang
|
2, 6, 7, 12, 13, 15, 17, 18, 20, 23, 25, 26, 28,
29, 30, 31, 35, 36, 37, 38, 39
|
21
|
Sukar
|
4, 9, 10, 11, 16, 21, 22, 27
|
8
|
Jumlah
|
40
|
4.1.6 Daya Pembeda
Daya pembeda soal digunakan untuk membedakan
antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.
Dari 40 soal yang diujicobakan, terdapat daya pembeda yang termasuk kategori
jelek, cukup, baik dan baik sekali. Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 6. Hasil perhitungan daya
pembeda disajikan pada tabel 4.4.
Tabel 4.4. Daya pembeda soal uji coba
Daya Pembeda
|
Nomor Soal
|
Jumlah Soal
|
Jelek
|
3, 5, 8, 9, 10, 11, 14, 19, 21, 29, 33
|
11
|
Cukup
|
7, 12, 15, 16, 17,
20, 22, 24, 27, 30, 31, 32, 34, 37, 38,
|
16
|
Baik
|
6, 13, 23, 25, 26, 35, 36, 40
|
8
|
Baik Sekali
|
39
|
1
|
negatif
|
1, 2, 4, 28,
|
4
|
Jumlah
|
40
|
4.1.7 Penentuan Instrumen
Berdasarkan perhitungan dan hasil analisis
validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal uji coba, maka
soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal yang dinyatakan valid,
mempunyai daya pembeda dengan kriteria cukup, baik atau baik sekali, dan
reliabel. Adapun untuk taraf kesukaran soal dilihat komposisinya antara soal
yang sukar, sedang dan mudah. Soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5. Soal yang digunakan dan tidak digunakan
Jenis Soal
|
Nomor Butir Soal/ Kriteria
|
|
Digunakan
|
Tidak Digunakan
|
|
Pilihan Ganda
|
13, 15, 16, 17, 18, 20, 22, 23, 24,25, 27, 30,31, 32, 34, 35, 36, 38, 39, 40
|
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 19, 21, 26, 28,29, 33, 37
|
Jumlah
|
20
|
20
|
4.1.8
Hasil Belajar Kognitif
Hasil
belajar siswa pada ranah kognitif selama penelitian mencakup hasil belajar
siswa pada saat mengerjakan soal-soal tertulis yaitu soal pretest dan posttest.
Hasil selengkpnya dapat dilihat pada lampiran 27 dan 28. Hasil belajar kognitif
ini dapat dilihat pada tabel 4.6
Keterangan
|
Kelas Eksperimen
|
Kelas Kontrol
|
||
Pretest
|
Posttest
|
Pretest
|
Posttest
|
|
Rata-rata
Varians
Simpangan Baku
|
49,84
87,88
9,37
|
80,94
95,87
9,79
|
48,28
84,85
9,21
|
76,72
63,89
7,99
|
Data hasil belajar kognitif siswa disajikan pada gambar 4.1.
Gambar
4.1 Hasil belajar kognitif siswa
4.1.9 Analisis
Pemahaman Konsep
Analisis
pemahaman konsep dilakukan untuk mengetahui seberapa pemahaman konsep siswa
dari hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dalam uji pemahaman
konsep rumus yang digunakan adalah berapa persen siswa mengetahui konsep yang
dipelajari dan dilihat dari hasil post test. Hasil perhitungan analisis
pemahaman konsep siswa dapat dilihat pada lampiran 29 dan 30. Hasil belajar
pemahaman konsep siswa disajikan dalam tabel 4.7.
Tabel 4.7 Hasil
belajar pemahaman konsep siswa
keterangan
|
Kelas Eksperimen
|
Kelas Kontrol
|
Pemahaman Konsep
|
80,94 %
|
76,7 %
|
Kriteria
|
Paham
|
Paham
|
4.1.10 Analisis Peningkatan Pemahaman Konsep
Uji
peningkatan hasil belajar dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan
hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dalam uji peningkatan hasil
belajar rumus yang digunakan adalah uji gain. Uji gain ini dilihat dari hasil pretest dan posttest yang didapat
siswa. Hasil perhitungan peningkatan pemahaman konsep siswa dapat dilihat pada
lampiran 33 dan 34. Hasil peningkatan pemahaman konsep siswa dapat dilihat pada
tabel 4.8.
Tabel 4.8
Peningkatan pemahaman konsep siswa
keterangan
|
Kelas Eksperimen
|
Kelas Kontrol
|
Peningkatan
Pemahaman konsep
|
62 %
|
55 %
|
Kriteria
|
sedang
|
sedang
|
4.1.11 Hasil Belajar
Afektif
Hasil belajar afektif mencakup hasil belajar siswa
mengenai sikap dan keterlibatan belajar siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. Pada penelitian ini, pembelajaran berlangsung 5 kali pertemuan,
namun untuk mendapatkan hasil belajar afektif dilakukan observasi sebanyak 3
kali untuk peremuan yang 2 kali digunakan untuk mengerjakan soal pretest dan posttest sehingga tidak dilakukan penilaian afektif. Perhitungan
hasil belajar afektif dapat dilihat pada
lampiran 23 dan 24. Hasil belajar afektif disajikan pada tabel 4.9.
Tabel 4.9 Hasil belajar afektif siswa
Kategori
|
K. Eksperimen
|
K. Kontrol
|
||||
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
|
Kehadiran
Memperhatikan
Tanggung jawab
Mengemukakan pendapat
Kerjasama kelompok
|
90
58
70
51
73
|
95
77
71
70
80
|
98
80
74
73
86
|
84
56
66
52
75
|
93
76
70
70
80
|
93
78
71
71
84
|
Dari
hasil belajar afektif siswa kemudian dibuat dalam diagram yang disajikan dalam
gambar 4.2
Gambar 4.2
Hasil belajar afektif siswa
4.1.12 Uji Normalitas
Sebelum menguji hipotesis yang diajukan, terlebih dahulu
dilakukan uji normalitas data pada variabel penelitian. Tujuan dilakukannya uji
normalitas ini adalah untuk menentukan jenis statistik yang digunakan dalam
pengujian hipotesis. Jika data terdistribusi normal maka pada pengujian
hipotesis menggunakan statistik parameteris, namun jika data tidak
terdistribusi normal maka menggunakan statistik nonparametris. Untuk menguji
kenormalan data dari sampel digunakan uji chi-kuadrat. Nilai yang digunakan
untuk uji normalitas ini adalah nilai posttest hasil evaluasi ranah
kognitif.
4.1.12.1
Kelas Eksperimen
Berdasarkan perhitungan uji normalitas dari kelas
eksperimen setelah diberikan
pembelajaran menggunakan bahan
ajar dengan media simulasi diperoleh
rata-rata kelas sebesar 80,94 dan varians 95,73. Dari pemilihan α= 5% dan derajat kebebasan (dk) = 6-1 = 5, diperoleh c2tabel sebesar 11,070 dan c2hitung sebesar 10,618. Data tersebut menunjukkan bahwa c2hitung < c2tabel artinya data yang diperoleh berdistribusi normal. Jadi kelas eksperimen berdistribusi normal dan teknik
statistik yang digunakan untuk perhitungan hipotesisnya adalah statistik
parametris. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 31.
4.1.12.2
Kelas Kontrol
Berdasarkan perhitungan uji normalitas dari kelas kontrol
setelah diberikan pembelajaran menggunakan bahan ajar dengan buku teks
pelajaran diperoleh rata-rata kelas sebesar 76,72 dan varians 63,89. Dari pemilihan α= 5% dan derajat kebebasan (dk) = 6-1 = 5, diperoleh c2tabel sebesar 11,070 dan c2hitung sebesar 9,891. Data tersebut menunjukkan bahwa c2hitung < c2tabel artinya data yang diperoleh berdistribusi normal. Jadi kelas eksperimen berdistribusi normal dan teknik
statistik yang digunakan untuk perhitungan hipotesisnya adalah statistik
parametris. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 32.
4.1.13 Uji Hipotesis
Uji Hipotesis ini dilakukan untuk menguji keefektifan penggunaan bahan ajar dengan media simulasi pada kelas
eksperimen dan penggunaan bahan ajar dengan buku teks pelajaran pada kelas
kontrol
Hipotesis I
H0 :
Rata-rata hasil belajar menggunakan bahan ajar dengan media simulasi lebih
besar atau sama dengan 75
Ha :
Rata-rata hasil belajar menggunakan bahan ajar dengan media simulasi lebih
kecil dari 75
Perhitungan uji hipotesis I ini menggunakan uji t-test pihak kiri. H0
diterima jika thitung >- ttabel. Jumlah siswa pada
kelas eksperimen adalah 32 siswa sehingga dk = n-1= 31 dan α =5% maka ttabel = 1,6967.
Pada perhitungan hasil belajar kognitif, didapatkan nilai thitung
= 3,35 sehingga thitung > -ttabel, maka H0
diterima dan Ha ditolak. Jadi rata-rata hasil belajar menggunakan
bahan ajar dengan media simulasi lebih besar atau sama dengan 75. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 36.
Hipotesis
II
H0 : Hasil belajar menggunakan bahan ajar
dengan media simulasi lebih baik atau sama dengan dari hasil belajar
menggunakan buku teks pelajaran pada pokok bahasan pemantulan cahaya.
Ha
: Hasil belajar menggunakan bahan ajar dengan media simulasi tidak lebih baik
dari hasil belajar menggunakan buku teks
pelajaran pada pokok bahasan pemantulan cahaya.
Perhitungan uji hipotesis II ini menggunakan uji t-test pihak kiri.
H0 diterima jika thitung
>- ttabel. Jumlah
siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 32 siswa sehingga n1
= n2. Dengan dk = n1+n2-2 = 32+32-2 = 62 dan
α =5% maka ttabel = 1,67053.
Pada perhitungan hasil belajar kognitif, didapatkan nilai thitung
= 0,362 sehingga thitung < -ttabel, maka H0
diterima dan Ha ditolak. Jadi hasil belajar kognitif siswa menggunakan
bahan ajar dengan media simulasi lebih baik atau sama dari hasil belajar
menggunakan bahan ajar dengan buku teks pelajaran. Perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran 36.
4.1.14
Uji
Ketuntasan Hasil Belajar
Uji ini dilakukan untuk menguji ketuntasan hasil belajar penggunaan bahan ajar dengan
media simulasi pada kelas eksperimen dan penggunaan bahan ajar dengan buku teks
pelajaran pada kelas kontrol. Seorang siswa dikatakan
tuntas belajar apabila siswa tersebut telah mencapai nilai KKM yaitu telah
mencapai daya serap lebih dari/sama dengan 75. Berdasarkan perhitungan
ketuntasan hasil belajar untuk kelas eksperimen adalah 84,3 % dan untuk kelas
kontrol adalah 71,8%. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 35.
4.2
Pembahasan
Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 1 Tambakromo
dengan mengambil populasi siswa kelas VIII semester genap tahun ajaran
2012/2013, kelas VIII terdiri dari tiga kelas yaitu kelas VIII A, VIII B, dan
VIII C. Daru kelas tersebut dipilih dua kelas sebagai kelas sampel, yaitu kelas
VIII A sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII B sebagai kelas kontrol. Sampel
tersebut dipilih dengan teknik simple
random sampling yaitu teknik mengambil dua kelas secara
acak dari populasi dengan syarat populasi tersebut bersifat homogen.
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan
observasi di tempat penelitian. Pada observasi ini peneliti melakukan wawancara
dengan guru fisika kelas VIII serta beberapa siswa kelas VIII dan IX. Wawancara
yang peneliti lakukan dengan guru yaitu mengenai pembelajaran yang biasa
dilakukan, kemampuan siswa, dan sikap siswa ketika proses pembelajaran
berlangsung. Wawancara dengan siswa mengenai tanggapan siswa terhadap
pembelajaran fisika selama ini yang telah dilakukan. Dari pengakuan beberapa siswa
pembelajaran fisika yang biasa dilakukan dengan metode ceramah, siswa juga
kurang paham dengan materi yang disampaikan guru, jarang melakukan praktikum,
materi fisika yang diajarkan tersebut sulit, dan belum adanya penggunaan media
pembelajaran seperti PPT, media simulasi, dan media yang lainnya dalam
pembelajaran.
Penggunaan
media pembelajaran dalam proses belajar mempunyai arti yang cukup penting.
Karena dalam kegiatan belajar mengajar ketidakjelasan bahan yang disampaikan
dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang
disampaikan kepada anak didik dapat
disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu
guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Penggunaan media
pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sebagaimana yang
dikatakan Hamalik (2007) pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar
mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan
motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh
psikologis terhadap siswa.
Setelah
melakukan observasi, peneliti menyusun strategi pembelajaran yang tepat dan
instrumen- instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Pada kelas
eksperimen peneliti melakukan pembelajaran menggunakan bahan ajar dengan media
simulasi sedangkan pada kelas kontrol pembelajaran menggunakan bahan ajar
dengan buku teks pelajaran. Setelah menyusun instrument, peneliti melakukan
ujicoba soal pada siswa lain yang sudah menerima materi pemantulan cahaya yaitu
pada kelas IX. Ujicoba soal ini dilakukan untuk mendapatkan soal yang memenuhi
kriteria soal yang baik yaitu valid, reliabel, taraf kesukaran bervariasi, dan
daya pembeda cukup, baik, maupun sangat baik.
Kegiatan
pembelajaran diawali dengan pretest pada
kedua kelas dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa tentang materi
yang akan diajarkan. Selanjutnya pada kelas eksperimen melakukan pembelajaran yang
diawali dengan pendahuluan sebelum masuk kemateri. Guru membagi siswa menjadi
beberapa kelompok untuk melaksanakan simulasi pemantulan dengan Crocodile
Physich. Siswa bergantian untuk melakukan simulasi setelah itu siswa melakukan
diskusi mengerjakan soal yang yang terdapat pada LKS. Kemudian siswa
mempresentasikan hasil diskusi dan guru memperjelas menggunakan bahan ajar
dengan media simulasi. Setelah itu menyimpulkan bersama-sama hasil dari
pembelajaran.
Pembelajaran
pada kelas kontrol menggunakan bahan ajar buku teks pelajaran dengan metode ceramah dan demonstrasi. Pada
dasarnya pembelajaran hampir sama yang membedakan untuk kelas kontrol
menggunakan demonstrasi dan untuk
memperjelas diskusi menggunakan penjelasan guru dari buku teks pelajaran.
Setelah
proses pembelajaran selesai, kedua kelas tersebut diberi posttest untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep. Selain
kemampuan pemahaman konsep, peneliti juga menilai aspek keterlibatan belajar
siswa dengan dibantu dua orang observer selama proses pembelajaran berlangsung.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan
pemahaman konsep dan keterlibatan belajar siswa pada kelas eksperimen menggunakan bahan ajar
dengan media simulasi dan kelas kontrol menggunakan bahan ajar dengan buku teks
pelajaran. Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada peningkatan yang lebih tinggi pada pemahaman konsep dan
keterlibatan belajar siswa pada kelas eksperimen menggunakan bahan ajar dengan
media simulasi dibandingkan dengan kelas kontrol menggunakan bahan ajar dengan
buku teks pelajaran.
Mengacu pada tujuan penelitian yang hendak dicapai dan dari hasil analisis
data yang telah diperoleh menunjukkan bahwa untuk aspek kognitif rata-rata skor
pre-test siswa yang diajar
menggunakan bahan ajar dengan media simulasi 49,84 sedangkan untuk rata-rata
skor post-test sebesar 80,94. Siswa
yang diajar menggunakan bahan ajar
dengan buku teks pelajaran memiliki rata-rata skor pre-test sebesar 48,28, sedangkan untuk rata-rata skor post-test sebesar 76,72. Ketuntasan hasil belajar secara klasikal
pada kelas eksperimen adalah 84,3% dan
pada kelas kontrol 71,8%.
Aspek afektif atau keterlibatan belajar siswa rata-rata skor siswa
menggunakan bahan ajar dengan media simulasi mengalami peningkatan yang diuji
dengan uji gain untuk kehadiran mengalami peningkatan sebesar
0,80, memperhatikan 0,52, tanggung jawab 0,13, mengemukakan pendapat 0,45, dan
kerjasama kelompok 0,48, sedangkan untuk kelas kontrol untuk kehadiran 0,56, memperhatikan
0,50, tanggung jawab 0,14, mengemukakan pendapat 0,13, dan kerjasama kelompok
0,36.
Berdasarkan analisis data diatas menunjukkan
bahwa rata-rata skor hasil belajar siswa yang diajar menggunakan bahan ajar
dengan media simulasi lebih tinggi dari rata-rata skor siswa yang diajar
menggunakan bahan ajar dengan buku teks pelajaran. Hal ini dikarenakan pada
pembelajaran menggunakan bahan ajar dengan media simulasi siswa tertarik dengan
media yang digunakan sehingga siswa termotivasi untuk memperhatikan dan
terfokus pada pembelajaran. Dengan simulasi, materi yang sulit dapat
disederhanakan sehingga mudah dipahami siswa ini sesuai dengan pendapat Arsyad
(2011) dengan simulasi materi yang kompleks dapat ditata menjadi pelajaran yang
mudah dipahami oleh siswa . Oleh sebab itu kemampuan kognitif siswa berkembang
selama pembelajaran ini dibuktikan dengan peningkatan uji gain sebesar 62 % dan
untuk peningkatan uji gain kelas kontrol sebesar 55 % yang tergolong sedang. Hasil belajar afektif yang didapat pada kelas eksperimen hanya
unggul sedikit dari kelas kontrol tetapi ada peningkatan dari setiap pertemuan
walaupun kurang berkembang maksimal. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh McKagan ( 2008 ) yaitu penggunaan media simulasi komputer pada
mekanika kuantum dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas mahasiswa dan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Finkelstein (2005) penggunaan teknologi dalam pembelajaran
fisika ( Physics Education
Technology/Phet) lebih produktif dibandingkan dengan metode tradisional
seperti ceramah.
Sebelum menguji hipotesis yang diajukan, terlebih dahulu
dilakukan uji normalitas data pada variabel penelitian. Tujuan dilakukannya uji
normalitas ini adalah untuk menentukan jenis statistik yang digunakan dalam
pengujian hipotesis. Jika data terdistribusi normal maka pada pengujian
hipotesis menggunakan statistik parameteris, namun jika data tidak
terdistribusi normal maka menggunakan statistik nonparametris. Untuk menguji
kenormalan data dari sampel digunakan uji chi-kuadrat. Nilai yang digunakan
untuk uji normalitas ini adalah nilai posttest hasil evaluasi ranah
kognitif.
Berdasarkan perhitungan uji normalitas dari kelas
eksperimen setelah diberikan
pembelajaran menggunakan bahan
ajar dengan media simulasi diperoleh
rata-rata kelas sebesar 80,94 dan varians 95,73. Dari pemilihan α= 5% dan derajat kebebasan (dk) = 6-1 = 5, diperoleh c2tabel sebesar 11,070 dan c2hitung sebesar 10,618. Data tersebut menunjukkan bahwa c2hitung < c2tabel artinya data yang diperoleh berdistribusi normal. Jadi kelas eksperimen berdistribusi normal dan teknik
statistik yang digunakan untuk perhitungan hipotesisnya adalah statistik
parametris.
Berdasarkan perhitungan uji normalitas dari kelas kontrol
setelah diberikan pembelajaran menggunakan bahan ajar dengan buku teks
pelajaran diperoleh rata-rata kelas sebesar 76,72 dan varians 63,89. Dari pemilihan α= 5% dan derajat kebebasan (dk) = 6-1 = 5, diperoleh c2tabel sebesar 11,070 dan c2hitung sebesar 9,891. Data tersebut menunjukkan bahwa c2hitung < c2tabel artinya data yang diperoleh berdistribusi normal. Jadi kelas eksperimen berdistribusi normal dan teknik
statistik yang digunakan untuk perhitungan hipotesisnya adalah statistik
parametris.
Menurut uji hipotesis I, pada kelas eksperimen
rata-rata hasil belajar lebih dari atau sama dengan 75 diterima, Perhitungan uji hipotesis I ini menggunakan uji t-test
pihak kiri. H0 diterima jika thitung
>- ttabel. Jumlah
siswa pada kelas eksperimen adalah 32 siswa sehingga dk = n-1= 31 dan α
=5% maka diperoleh
ttabel = 1,69. Pada perhitungan hasil belajar kognitif, didapatkan thitung
= 3,35 sehingga thitung > -ttabel, maka H0
diterima dan Ha ditolak. Jadi rata-rata hasil belajar menggunakan
bahan ajar dengan media simulasi lebih besar atau sama dengan 75 dan
peningkatan uji gain sebesar 62%. Pada kelas
eksperimen dengan memanfaatkan bahan dengan media simulasi lebih efektif dari
pada pembelajaran menggunakan buku teks pelajaran. Untuk sebab-sebabnya sudah
diutarakan pada paragraf sebelumnya.
Pembelajaran menggunakan bahan ajar dengan media
simulasi pada kelas eksperimen dan pembelajaran menggunakan buku teks pelajaran
pada kelas kontrol dilaksanakan dalam tiga pertemuan dan ditambah dua kali
pertemuan untuk menyelesaikan soal pretest dan soal posttest . Pada awalnya pembelajaran pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol mengalami sedikit hambatan. Pembelajaran
yang baru ini bagi siswa membutuhkan waktu untuk proses penyesuaian. Tetapi
selama prosesnya pembelajaran yang diberikan terlihat cukup menarik bagi siswa.
Kesulitan pertama yaitu mengkondisikan kelas, tetapi seiring berjalannya waktu
kesulitan tersebut sedikit demi sedikit bisa teratasi.
Pada awalnya siswa masih merasa canggung sehingga
pembelajaran yang berbentuk diskusi dan simulasi sederhana kurang mencapai
hasil yang maksimal. Keseganan siswa untuk bertanya kepada guru juga menjadi
salah satu faktor yang menghambat penangkapan materi. Kerjasama kelompok juga
masih kurang pada saat pembelajaran yang pertama kalinya. Hal ini tidak hanya dirasakan pada kelas eksperimen,
tetapi juga pada kelas kontrol juga. Pada saat pembelajaran siswa sedikit demi
sedikit mulai memahami materi yang disampaikan oleh guru.
Selama penelitian, pada pembelajaran pokok
bahasan cahaya yang mencakup pemantulan cahaya pada cermin datar dan cermin
lengkung dilakukan dalam tiga kali pertemuan. Dari ketiga kali pertemuan ini
dilakukan observasi sebanyak tiga kali. Observasi ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar
siswa dalam ranah afektif. Observer pada penelitian ini ada dua orang untuk masing-masing
kelas yaitu Ernawati dan Ahmad Ansori. Satu kelas dibagi menjadi VIII kelompok
dan masing-masing beranggotakan 4 orang karena satu kelas ada 32 siswa. Hal ini
berlaku pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada saat melakukan observasi
terjadi pembagian tugas. Observer I mengobservasi kelompok I-IV sedangkan
observer II mengobservasi kelompok V-VIII. Hal ini dilaksanakan untuk
mempermudah pengambilan data nilai siswa.
Pembelajaran yang berlangsung disesuaikan dengan
RPP yang telah disiapkan sebelumnya. Pembuatan RPP ini juga disesuaikan dengan
silabus. Instrumen pembelajaran ini yang digunakan dalam penelitian adalah LKS.
LKS ini digunakan sebagai panduan pada saat siswa melaksanakan praktikum. Di
dalam LKS tersebut juga terdapat beberapa pertanyaan mengenai konsep, materi,
dan yang baru saja dilaksanakan. LKS ini diberikan pada masing-masing kelompok
kemudian kelompok tersebut melaksanakan praktikum sederhana, mendiskusikan
hasilnya, dan mempresentasikannya di depan kelas. Dalam penelitian ini,
masing-masing kelompok baik dari kelas eksperimen dan kelas kontrol melaksanakan 3 praktikum
sederhana yaitu pemantulan pada cermin datar, cermin cekung dan cermin cembung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahan ajar dengan media
simulasi dapat meningkatkan pemahaman konsep dan keterlibatan belajar siswa.
Hal ini dilihat dari hasil belajar siswa mulai mengalami kenaikan setelah
beberapa kali pembelajaran dengan kompetensi dasar yang berbeda. Namun hal itu
tidak berlaku pada semua aspek karena ada beberapa aspek ada yang tetap dan ada
yang turun walaupun tidak seberapa besar. Berdasarkan hasil analisis data, jika digeneralisasikan hasil belajar siswa
mengalami peningkatan. Hasil belajar akan lebih optimal jika antara guru, media
yang digunakan, dan siswa terjadi interaksi sehingga terjadi hubungan yang kuat
dalam proses belajar.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Reviewed by joko susanto
on
15.17
Rating:
Tidak ada komentar: