Penyinggahan
ilir merupakan sebuah desa yang kurang lebih 4 jam dari kota Sendawar yang
merupakan ibukota dari kutai barat, menggunakan sebuah mobil selama satu jam
menuju pelabuhan Melak kemudian dilanjutkan menggunakan ces ( kapal kecil )
hanya muat untuk 6 orang selama tiga jam. Selama perjalanan kita bisa menikmati
indahnya Sungai Mahakam. Lika-liku jalurnya dan keindahan flora dan fauna yang
berada disekitar bantaran sungai mahakam.
Saat
pertama kali menuju kampung ini terbayang-bayang dalam otak, bagaimana keadaan
disana ? apakah ada listrik ? apakah ada sinyal ? itulah hal pertama yang
terpikirkan. Sejenak pikiran itu sirna karena kita akan terlena dengan
keindahan yang disuguhkan oleh keindahan yang berada di bantaran Sungai Mahakam
dan juga rasa berdebar karena pertama kali naik ces dengan ombak-ombak besar
ketika ada kapal-kapal pengangkut batu-bara yang lewat. Saat pertama kali itu
juga ces pun bermasalah sampai 3 kali dalam perjalanan menuju desa pengabdian
dan jantungpun berdetak lebih kencang karena cesnya hanya mengikuti arus Sungai
Mahakam dan terobang-ambing oleh ombak.
Setalah
menempuh perjalanan 3 jam menggunakan ces akhirnya tiba di kampung penyinggahan
ilir. Saya takjub melihat desa ini karena semua jalan di kampung ini merupakan
jalan kayu atau semua jalan merupakan jembatan kayu. Penduduk kampung ini semua
beragama Islam. Di kampung Penyinggahan berdiri sebuah SMA N I Penyinggahan.
SMA inilah yang menjadi tempat mengabdiku dalam progam SM-3T. Di sinilah tempatku
mengabdi kepada negaraku dengan mencerdaskan anak-anak bangsa. Saya menjadi
guru SM-3T yang ditempatkan di SMA N 1 Penyinggahan, kecamatan Penyinggahan,
kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur.
SMA
N 1 penyinggahan merupakan sekolah negeri yang baru 3 tahun berdiri karena dulunya sekolah
swadaya masyarakat setempat. Bangunan sekolah ini terbuat dari kayu semua.
Sekolah ini mempunyai 4 bangunan utama, ruang guru, 3 ruang untuk kelas.
Sedangkan perpustakaan dan laboratorium masih menjadi satu dengan ruang kelas. WC
untuk siswa pun tidak ada. Buku yang tersediapun masih minim. Untuk buku yang
saya ampu pun tidak ada buku Fisika dan TIK..
Keadaan
kampung Penyinggahan Ilir ini sangat kondusif untuk belajar karena tidak ada
suaranya bising dari kedaraan yang lewat maupun dari pabrik-pabrik. Namun
keadaan itu terbalik dengan motivasi belajar anak-anak yang sangat rendah.
Tidak jarang anak-anak dalam pembelajaran berbicara sendiri dengan teman-teman
saat guru menerangkan, ada juga yang tidur sendiri. Tapi semua itu tidak
mematahkan semangat saya untuk mencerdaskan anak bangsa. Sering dalam
pembelajaran saya selipkan ice breaking dan motivasi untuk meningkatkan
motivasi siswa-siswa. Mereka pun antusias mendengarkan tapi semangat hanya
bertahan satu hari. Kebiasaan yang dari dulu tidak menanamkan pentingnya
belajar. Di SMA ini siswa-siswanya berasal dari 5 desa yaitu Penyinggahan ilir,
Penyinggahan ulu, Tanjung Haur, Minta dan Bakung. Untuk siswa yang berasal dari
kampung minta dan bakung setiap hari harus berjuang melawan derasnya aliran
sungai Mahakam. Mereka memerlukan waktu 30 menit menggunakan ces atau perahu
kecil untuk mencapai sekolah. Ada juga yang secara berkelompok iuran untuk
menyewa taksi sungai. Ketika musim penghujan pada bulan Desember-februari ini tidak
jarang banyak siswa yang tidak berangkat atau terlambat dikarena kondisi sungai
Mahakam yang sangat deras.
Listrik
di kampung ini hanya menyala pada saat malam hari, itu pun kadang mati sehingga
guru-guru kesulitan menyiapkan materi pembelajaran. Air di kampung ini berasal
dari PDAM namun berbeda dengan PDAM yang berada dikota. Air yang dihasilkan
sangat kotor. Pada bulan oktober kemaren musim kemarau air PDAM tidak mengalir.
Saya dan teman-teman berinisiatif untuk menggali sumur sampai kedalaman 6 meter
namun air tak kunjung keluar. Jadi saya dan teman-teman sering mandi dan
mencuci pakaian di sungai mahakam. Sungai Mahakam merupakan denyut nadi
perekonomian Kutai Barat tidak terkecuali kecamayan Penyinggahan. Sungai
Mahakam merupakan jalur transportasi Batu bara, airny digunakan untuk keramba,
mandi dan mencuci. Namun sangat disayangkan masyarakat kurang menjaga
kebersihan Sungai Mahakam. Hampir semua masyarakat membuang sampah di Sungai.
Sampah-sampah ini membuat pemandangan yang kurang nyaman.
Masyarakat
penyinggahan sangat menunggu datangnya musim penghujan dikarenakan dengan
datangnya banjir di Kecamatan ini akan mendatangkan banyak berkah. Banyak ikan
yang singgah ke kampung ini dari aliran Sungai Mahakam. Banyak masyarakat yang
memanfaatkan momen banjir ini. Ada yang ,memancing, memasang jala, merawai,
memasang bengkilar. Hasil yang didapatkan pun sangat memuaskan untuk satu hari
memasang perangkatp bisa mendapatkan 30 kg
itu menggunakan alat yang sederhana. Yang sangat mencengangkan di
Kampung ini ketika musim banjir, jalan tanah bisa berubah menjadi aliran
sungai, ada segelintir orang yang menggunakan pukat ketika musim ikan setiap
hari bisa mendapatkan ikan 1 ton. Benar-benar berkah musim banjir untuk kampung
Penyinggahan.
Suka
duka yang saya dapatkan di Penyinggahan. Suka duka yang saya maksudkan disini
bukanlah penderitaan fisik atau derita karena kekurangan makan tetapi yang saya
maksudkan dengan suka disini adalah dalam proses mendidik anak bangsa untuk
menjadi cerdas dalam segala aspek kehidupan. Tugas sebagai guru memang berat
dengan berbagai macam karakter anak
didik, terkadang kita menangis tanpa air mata, tertawa tapi sakit tidak bisa
dijelaskan. Tugas menjadi seorang pendidik tidaklah semudah yang kita pikirkan.
Di Kabupaten Kutai Barat khususnya SMA N 1 Penyinggahan tempat saya mengajar
dengan segala kekurangan dan kelemahan saya tetap mencoba memaksimalkan dan
menjadikan segala kekurangan dan kelemahan itu sebagai kekuatan. Tetapi semua
itu harus didukung dengan hati yang iklas, lemah lembut dan kesabaran yang
tidak bisa diukur dengan apapun. Tugas guru bukan hanya terletak pada bagaimana
ia mengajar tetapi yang lebih penting adalah bagaimana kita mendidik anak untuk
menjadi unggul sehingga menjadi generasi yang di andalkan untuk itu guru harus
harus menjadi teladan bagai anak didiknya. Seorang guru percaya bahwa ia mampu
mengubah seseorang menjadi baik, maka sebelum ia menjadi teladan ia harus mampu
menjadi teladan dirinya sendiri.
Menjalani
tugas sebagai pendidik tidak terlepas dari berbagai tantangan dan hambatan, dan
itu bukanlah sesuatu hal atau alasan untuk membuat kita berhenti dan menyerah,
tantangan dan hambatan yang saya maksudkan di sini adalah bagaimana kita mampu
mengubah dunia pendidikan itu dari kekurangannya untuk menjadi pendidikan yang
kita harapkan. di daerah terdepan, terluar dan tertinggal khususnya di
Penyinggahan sebenarnya masih banyak
yang harus di benahi dan yang harus di ubah baik dari pola kehidupan masyarakat
maupun kekurangan akan fasilitas itu sebenarnaya harus di perlengkapi,
kesadaran masyarakat tentang dunia pendidikan di Penyinggahan ini menurut saya
masih sangat rendah, sesuai pengamatan saya selama di daerah ini sangat
memprihatinkan karena sebagian besar masyarakat Penyinggahan bermata pencaharian
sebagai pencari ikan,dan petani jadi menurut pandangan masyarakat setempat
sudah cukup untuk biaya hidup, karena pendapatan mereka sangat besar dari
pekerjaan itu, jadi kesadaran akan dunia
pendidikan sangat rendah sehingga menyebabkan rasa kepedulian terhadap anaknya
tidak ada untuk dunia pendidikan.
Pengabdianku di Borneo
Reviewed by joko susanto
on
14.33
Rating:
Tidak ada komentar: