METAFISIKA
(Update
akhir : 24 April 2009)
Metafisika merupakan ijtihad dari seseorang untuk memuaikan konsep fisika pada tataran yang berbeda dengan konsep orisinilitas fisika itu sendiri. Tujuannya adalah agar mampu menyentuh aspek spiritualitas. Dengan demikian, metafisika berusaha agar konsep fisika dapat menjadi ruh untuk memahami hidup dalam dimensinya yang lain.
Karena hasil ijtihad pribadi, maka tidak ada batasan atau kategori untuk membenarkan atau menyalahkan sebuah konsep metafisika. Tetapi tidakkah masalah dalam sehari-hari tidak melulu terkonsentrasi pada masalah benar-salah? melainkan juga baik-tidak baik? efektif-tidak efektif? manis-pahit? atau suka-tidak suka?
ENTITAS WARNA HITAM-PUTIH, ADAKAH?
Sejatinya, warna putih hanyalah gabungan dari sekian spektrum warna lain (merah-jingga-kuning-hijau-biru-nila-ungu). Anda dapat membuat percobaan sederhana untuk membuktikan konsep ini. Buatlah bidang lingkaran dari kertas putih dengan membagi bidang lingkaran menjadi 7 bagian. Lalu berilah warna pada bagian-bagian tersebut dengan warna merah-jingga-kuning-hijau-biru-nila-ungu.Putar bidang lingkaran tersebut dengan cepat, akan Anda amati bahwa kertas yang berwarna-warni itu terkesan menjadi berwarna putih. Jadi putih, mewujud hanya jika unsur-unsur warna ini hadir bersamaan. Dengan demikian layak untuk dikemukakan pertanyaan : PUTIH itu sendiri, adakah?
Analog dengan ini adalah entitas dari warna HITAM. Warna hitam sebagai entitas bisa jadi sesungghnya tidak ada. HITAM hadir bila tidak ada spektrum warna apapun yang masuk ke mata. Dengan kalimat lain, kehadiran HITAM justru karena ketiadaan yang lain. Tetapi dengan begitu apakah layak dapat disimpulkan bahwa HITAM itu benar-benar ada, atau benar-benar tidak ada?
Terlepas dari ada tidaknya PUTIH dan ada tidaknya HITAM, kalau kemudian konsep ini diemanasikan dalam tataran bermasyarakat, apa yang dapat kita ambil sebagai bahan renungan?
Sulit untuk menghindar dari situasi dimana kita terbiasa menilai orang lain, dan ketika saat-saat seperti itu menjebak kita, bagaimana kita bersikap?
Barangkali akan manis jika kita menganggap bahwa semua orang hanyalah serpihan dari spektrum warna-warni tadi, yang berarti bahwa orang cenderung memiliki sisi-sisi positif. Bahwa dalam beberapa kasus orang terkesan menyebalkan, bisa saja karena pada saat itu mata hati kita tidak mampu melihat spektrum-spektrum elemen warna putih dari orang tadi. Tetapi tentu, sikap seperti ini tidak lantas boleh meninggalkan sikap waspada dan kritis.
Sangat penting untuk meyakinkan diri, bahwa menilai orang dalam kaidah warna diskrit, apalagi dalam konteks dikotomik hitam-putih akan sangat menyesatkan. Tidak bijaksana jika kita menjustifikasi orang sebagai golongan HITAM hanya karena ia tidak sepemikiran dengan kita, atau tidak seislah, atau bahkan tidak seiman dengan kita.
Orang yang pernah merugikan atau menyakiti tidak baik kalau kemudian dianggap sebagai orang dengan karakter warna HITAM atau si penjahat dalam terminologi cerita film. Mengapa? karena bisa saja justru kitalah yang salah menilai dalam hal rugi atau sakit itu sendiri. Sikap buruk yang paling perlu diwaspadai dalam hal ini yaitu kecenderungan untuk merasa menjadi korban : terdholimi atau tersakiti.
Pendeknya : lihatlah orang lebih banyak dari kacamata positifnya saja, seraya menyadari keterbatasan kita dalam menangkap persepsi akan warna-warni manusia lain.
METODE JAJARAN GENJANG DALAM RESULTANSI VEKTOR
Besaran vektor adalah besaran yang nilainya ditentukan oleh harga dan arahnya, contohnya perpindahan. Bila Anda meminta tolong kepada teman Anda untuk memindahkan sebuah meja sejauh 2 meter, tentu teman Anda tadi akan bertanya : kemana.....? 2 meter ke kiri, 2 meter ke kanan, ke selatan, ke bawah atau ke atas? Deskripsi ini jelas mengindikasikan bahwa perpindahan adalah besaran vektor, dan selalu dibutuhkan harga dan arah untuk menentukan nilainya.
Karena ditentukan juga oleh arahnya, maka penjumlahan dari dua vektor atau lebih bisa sedikit rumit, tidak sesederhana penjumlahan aljabar biasa. Contohnya adalah saat Anda mendorong meja besar, mengapa Anda susah mendorong meja agar bergeser? Ini karena pada saat yang sama, permukaan lantai meja memberikan gaya gesek yang arahnya selalu melawan kemana arah gaya dorong tadi. Jumlah dari gaya dorong Anda dengan gaya gesek yang dikerjakan lantai pada meja akan selalu sama dengan nol selama meja belum bergerak.
Dua vektor yang berlawanan arah akan saling mengurangi, dan jika harga keduanya sama akan menghasilkan resultan vektor yang besarnya nol. Sedang dua vektor yang arahnya sama akan saling menguatkan, dan jika harga keduanya sama akan menghasilkan resultan vektor dua kali dari harga masing-masingnya.
Dalam bentuk apakah pemahaman akan resultansi dua vektor ini mampu memberi kontribusi positif dalam pendewasaan memahami hidup?
Bayangkan dua vektor, masing-masing kita namakan vektor potensi diri dan yang lain vektor aktualisasi diri (self actualization). Vektor potensi diri adalah segala hal yang kita dapatkan sejak kita lahir tanpa meminta dan tak mampu kita tolak. Sedangkan vektor aktualisasi diri adalah semua hal yang berkaitan dengan ikhtiar kita, baik dalam bentuk pemikiran, aktivitas, maupun liturgi doa-doa. Kedua jenis vektor ini, yakni vektor potensi diri dan aktualisasi diri akan menghasilkan resultan vektor yang kita namakan prestasi diri.
Lalu asumsikan kedua vektor ini bekerja pada satu titik yang setangkap. Prestasi diri, yang adalah resultansi dari dua vektor sebelumnya, arah dan besarnya sangat bergantung dari arah dan nilai dari kedua vektor tersebut. Prestasi diri yang paling baik akan mengarah ke sumbu x positif dengan nilai vektor yang cukup besar. Sedangkan prestasi diri yang paling jelek akang mengarah ke sumbu x negatif dengan nilai vektor yang cukup besar juga.
Untuk mempermudah gambaran, kita batasi saja pembahasan dalam bidang akademik. Potensi diri dalam hal ini misalnya tingkat IQ, sedangkan aktualisasi diri dapat berupa style belajar, pemanfaatan waktu, kolaborasi dengan teman, dan pemanfaatan semua fasilitas belajar yang dimiliki.
Ada empat konstelasi yang mungkin terjadi pada kasus ini, yaitu:
1. IQ tinggi, sehingga vektor potensi diri akan berarah ke sumbu x positif. Bila seseorang dengan IQ tinggi kemudian berusaha maksimal untuk mencapai prestasi akademik degan cara-cara yang elegan, maka vektor aktualisasi diri diposisikan pada sumbu x positif pula. Resultan dari kedua vektor ini tentu saja akan mengarah ke sumbu x positif. Semakin panjang vektor prestasi diri, berarti semakin baik prestasinya.
2. IQ rendah, sehingga vektor potensi diri akan berarah ke sumbu x negatif. Bila dengan keadaan seperti ini ternyata seseorang tetap bersemangat untuk mendapatkan prestasi yang diinginkan, maka vektor aktualisasi diri tetap berarah ke sumbu x positif. Resultan keduanya, yaitu vektor prestasi diri akan bergayut kepada seberapa besar kerja kerasnya dalam mengeliminir pengaruh rendahnya IQ. Tapi kita dapat berharap bahwa andaikan pun prestasi diri tidak terlalu baik, pada saat yang sama kita dapat memastikan bahwa prestasinya juga tidak akan jelek-jelek amat. Dan dalam kacamata spiritual, orang dengan model perjuangan seperti ini tetap wajib mendapat acungan jempol.
3. IQ rendah, diperparah oleh sikap yang cenderung membuang-buang waktu. Perasaan kalau merasa dirinya susah dalam memahami pelajaran menjadikannya putus harapan, tidak ada usaha untuk belajar. Pada kasus seperti ini, vektor potensi diri berarah ke sumbu x negatif, dan vektor aktualisasi diri ke sumbu x negatif. Dengan demikian, resultan vektor prestasi diri niscaya berarah ke sumbu x negatif.
4. IQ tinggi tetapi malas belajar, tidak dapat memanfaatkan waktu dengan efisien, aktivitas kesehariannya kontra produktif. Pada kasus seperti ini, vektor potensi diri ke sumbu x positif tetapi vektor aktualisasi diri ke sumbu x negatif. Hasil resultansi keduanya akan berada pada dua kemungkinan, yakni prestasi diri yang tidak terlalu baik.
Orang dengan tipe ke-3 dan ke-4 bisa dikatakan orang yang merugi, orang yang tidak mampu mensyukuri nikmat yang Tuhan berikan.
Metafisika merupakan ijtihad dari seseorang untuk memuaikan konsep fisika pada tataran yang berbeda dengan konsep orisinilitas fisika itu sendiri. Tujuannya adalah agar mampu menyentuh aspek spiritualitas. Dengan demikian, metafisika berusaha agar konsep fisika dapat menjadi ruh untuk memahami hidup dalam dimensinya yang lain.
Karena hasil ijtihad pribadi, maka tidak ada batasan atau kategori untuk membenarkan atau menyalahkan sebuah konsep metafisika. Tetapi tidakkah masalah dalam sehari-hari tidak melulu terkonsentrasi pada masalah benar-salah? melainkan juga baik-tidak baik? efektif-tidak efektif? manis-pahit? atau suka-tidak suka?
ENTITAS WARNA HITAM-PUTIH, ADAKAH?
Sejatinya, warna putih hanyalah gabungan dari sekian spektrum warna lain (merah-jingga-kuning-hijau-biru-nila-ungu). Anda dapat membuat percobaan sederhana untuk membuktikan konsep ini. Buatlah bidang lingkaran dari kertas putih dengan membagi bidang lingkaran menjadi 7 bagian. Lalu berilah warna pada bagian-bagian tersebut dengan warna merah-jingga-kuning-hijau-biru-nila-ungu.Putar bidang lingkaran tersebut dengan cepat, akan Anda amati bahwa kertas yang berwarna-warni itu terkesan menjadi berwarna putih. Jadi putih, mewujud hanya jika unsur-unsur warna ini hadir bersamaan. Dengan demikian layak untuk dikemukakan pertanyaan : PUTIH itu sendiri, adakah?
Analog dengan ini adalah entitas dari warna HITAM. Warna hitam sebagai entitas bisa jadi sesungghnya tidak ada. HITAM hadir bila tidak ada spektrum warna apapun yang masuk ke mata. Dengan kalimat lain, kehadiran HITAM justru karena ketiadaan yang lain. Tetapi dengan begitu apakah layak dapat disimpulkan bahwa HITAM itu benar-benar ada, atau benar-benar tidak ada?
Terlepas dari ada tidaknya PUTIH dan ada tidaknya HITAM, kalau kemudian konsep ini diemanasikan dalam tataran bermasyarakat, apa yang dapat kita ambil sebagai bahan renungan?
Sulit untuk menghindar dari situasi dimana kita terbiasa menilai orang lain, dan ketika saat-saat seperti itu menjebak kita, bagaimana kita bersikap?
Barangkali akan manis jika kita menganggap bahwa semua orang hanyalah serpihan dari spektrum warna-warni tadi, yang berarti bahwa orang cenderung memiliki sisi-sisi positif. Bahwa dalam beberapa kasus orang terkesan menyebalkan, bisa saja karena pada saat itu mata hati kita tidak mampu melihat spektrum-spektrum elemen warna putih dari orang tadi. Tetapi tentu, sikap seperti ini tidak lantas boleh meninggalkan sikap waspada dan kritis.
Sangat penting untuk meyakinkan diri, bahwa menilai orang dalam kaidah warna diskrit, apalagi dalam konteks dikotomik hitam-putih akan sangat menyesatkan. Tidak bijaksana jika kita menjustifikasi orang sebagai golongan HITAM hanya karena ia tidak sepemikiran dengan kita, atau tidak seislah, atau bahkan tidak seiman dengan kita.
Orang yang pernah merugikan atau menyakiti tidak baik kalau kemudian dianggap sebagai orang dengan karakter warna HITAM atau si penjahat dalam terminologi cerita film. Mengapa? karena bisa saja justru kitalah yang salah menilai dalam hal rugi atau sakit itu sendiri. Sikap buruk yang paling perlu diwaspadai dalam hal ini yaitu kecenderungan untuk merasa menjadi korban : terdholimi atau tersakiti.
Pendeknya : lihatlah orang lebih banyak dari kacamata positifnya saja, seraya menyadari keterbatasan kita dalam menangkap persepsi akan warna-warni manusia lain.
METODE JAJARAN GENJANG DALAM RESULTANSI VEKTOR
Besaran vektor adalah besaran yang nilainya ditentukan oleh harga dan arahnya, contohnya perpindahan. Bila Anda meminta tolong kepada teman Anda untuk memindahkan sebuah meja sejauh 2 meter, tentu teman Anda tadi akan bertanya : kemana.....? 2 meter ke kiri, 2 meter ke kanan, ke selatan, ke bawah atau ke atas? Deskripsi ini jelas mengindikasikan bahwa perpindahan adalah besaran vektor, dan selalu dibutuhkan harga dan arah untuk menentukan nilainya.
Karena ditentukan juga oleh arahnya, maka penjumlahan dari dua vektor atau lebih bisa sedikit rumit, tidak sesederhana penjumlahan aljabar biasa. Contohnya adalah saat Anda mendorong meja besar, mengapa Anda susah mendorong meja agar bergeser? Ini karena pada saat yang sama, permukaan lantai meja memberikan gaya gesek yang arahnya selalu melawan kemana arah gaya dorong tadi. Jumlah dari gaya dorong Anda dengan gaya gesek yang dikerjakan lantai pada meja akan selalu sama dengan nol selama meja belum bergerak.
Dua vektor yang berlawanan arah akan saling mengurangi, dan jika harga keduanya sama akan menghasilkan resultan vektor yang besarnya nol. Sedang dua vektor yang arahnya sama akan saling menguatkan, dan jika harga keduanya sama akan menghasilkan resultan vektor dua kali dari harga masing-masingnya.
Dalam bentuk apakah pemahaman akan resultansi dua vektor ini mampu memberi kontribusi positif dalam pendewasaan memahami hidup?
Bayangkan dua vektor, masing-masing kita namakan vektor potensi diri dan yang lain vektor aktualisasi diri (self actualization). Vektor potensi diri adalah segala hal yang kita dapatkan sejak kita lahir tanpa meminta dan tak mampu kita tolak. Sedangkan vektor aktualisasi diri adalah semua hal yang berkaitan dengan ikhtiar kita, baik dalam bentuk pemikiran, aktivitas, maupun liturgi doa-doa. Kedua jenis vektor ini, yakni vektor potensi diri dan aktualisasi diri akan menghasilkan resultan vektor yang kita namakan prestasi diri.
Lalu asumsikan kedua vektor ini bekerja pada satu titik yang setangkap. Prestasi diri, yang adalah resultansi dari dua vektor sebelumnya, arah dan besarnya sangat bergantung dari arah dan nilai dari kedua vektor tersebut. Prestasi diri yang paling baik akan mengarah ke sumbu x positif dengan nilai vektor yang cukup besar. Sedangkan prestasi diri yang paling jelek akang mengarah ke sumbu x negatif dengan nilai vektor yang cukup besar juga.
Untuk mempermudah gambaran, kita batasi saja pembahasan dalam bidang akademik. Potensi diri dalam hal ini misalnya tingkat IQ, sedangkan aktualisasi diri dapat berupa style belajar, pemanfaatan waktu, kolaborasi dengan teman, dan pemanfaatan semua fasilitas belajar yang dimiliki.
Ada empat konstelasi yang mungkin terjadi pada kasus ini, yaitu:
1. IQ tinggi, sehingga vektor potensi diri akan berarah ke sumbu x positif. Bila seseorang dengan IQ tinggi kemudian berusaha maksimal untuk mencapai prestasi akademik degan cara-cara yang elegan, maka vektor aktualisasi diri diposisikan pada sumbu x positif pula. Resultan dari kedua vektor ini tentu saja akan mengarah ke sumbu x positif. Semakin panjang vektor prestasi diri, berarti semakin baik prestasinya.
2. IQ rendah, sehingga vektor potensi diri akan berarah ke sumbu x negatif. Bila dengan keadaan seperti ini ternyata seseorang tetap bersemangat untuk mendapatkan prestasi yang diinginkan, maka vektor aktualisasi diri tetap berarah ke sumbu x positif. Resultan keduanya, yaitu vektor prestasi diri akan bergayut kepada seberapa besar kerja kerasnya dalam mengeliminir pengaruh rendahnya IQ. Tapi kita dapat berharap bahwa andaikan pun prestasi diri tidak terlalu baik, pada saat yang sama kita dapat memastikan bahwa prestasinya juga tidak akan jelek-jelek amat. Dan dalam kacamata spiritual, orang dengan model perjuangan seperti ini tetap wajib mendapat acungan jempol.
3. IQ rendah, diperparah oleh sikap yang cenderung membuang-buang waktu. Perasaan kalau merasa dirinya susah dalam memahami pelajaran menjadikannya putus harapan, tidak ada usaha untuk belajar. Pada kasus seperti ini, vektor potensi diri berarah ke sumbu x negatif, dan vektor aktualisasi diri ke sumbu x negatif. Dengan demikian, resultan vektor prestasi diri niscaya berarah ke sumbu x negatif.
4. IQ tinggi tetapi malas belajar, tidak dapat memanfaatkan waktu dengan efisien, aktivitas kesehariannya kontra produktif. Pada kasus seperti ini, vektor potensi diri ke sumbu x positif tetapi vektor aktualisasi diri ke sumbu x negatif. Hasil resultansi keduanya akan berada pada dua kemungkinan, yakni prestasi diri yang tidak terlalu baik.
Orang dengan tipe ke-3 dan ke-4 bisa dikatakan orang yang merugi, orang yang tidak mampu mensyukuri nikmat yang Tuhan berikan.
Serba-serbi Fisika
Reviewed by joko susanto
on
23.50
Rating:
Tidak ada komentar: